Mohon tunggu...
Intan Puspitarana
Intan Puspitarana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Memenuhi tugas

Orang biasa yang suka membaca.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keselarasan Pancasila dengan Kitab Suci Al-Qur'an Mengenai Toleransi Beragama

20 Desember 2021   17:50 Diperbarui: 27 Mei 2022   14:43 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagaimana yang telah kita ketahui, agama menjadi topik yang amat sensitif dikarenakan berbagai konflik keagamaan yang terjadi belakangan ini. Agama Islam sebagai agama mayoritas menjadi salah satu yang paling banyak disoroti. Salah satu contohnya adalah dalam kebijakan moderasi beragama yang menuai pro dan kontra. Kebijakan ini dikeluarkan bukan tanpa sebab. Kurangnya toleransi antar umat beragama, atau bahkan dalam umat beragama itu sendiri, adalah salah satu faktor yang memicu perumusan kebijakan-kebijakan yang melibatkan upaya pengendalian masyarakat beragama.

Toleransi antar umat beragama dan dalam umat beragama sangat penting, terutama untuk menjaga persatuan. Kita ketahui juga bahwa persatuan adalah kunci agar tercipta kedamaian. Tentu tidak ada manusia yang tidak menginginkan kehidupan yang damai. Bisa dikatakan pula bahwa toleransi merupakan salah satu bagian dari faktor-faktor yang merupakan akar perdamaian. Sedemikian pentingnya toleransi hingga bukan manusia saja yang membuat peraturan tentang ini, melainkan juga Tuhan.

Salah satu implementasi nilai Pancasila sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, adalah toleransi beragama. Menurut Yasir (2014), toleransi adalah sikap yang terbuka dalam menghadapi perbedaan, yang di dalamnya terkandung pula sikap saling menghargai dan menghormati eksistensi masing-masing pihak. Ini berarti pula bahwa ada batasan tertentu (boundary) untuk "ikut campur" dalam perkara orang lain, terutama yang menyangkut masalah agama. Dakwah memang suatu kewajiban tiap umat beragama, namun "paksaan" tidak termasuk di dalamnya.

Dalam perspektif Islam, batasan ini sesuai dengan surat Al-Kafiruun, terutama ayat terakhir yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai "Untukmu agamamu dan untukku agamaku". Mengutip dari Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (2018), dituliskan bahwa hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan bila mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, 'Bagiku amalku dan bagimu amalmu. Kamu berlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri dari apa yang kalian kerjakan.'" 

Ayat ini menunjukkan batas yang jelas antara keyakinan satu dengan lainnya. Dengan kata lain, kita sebagai muslim tidak sepantasnya mencampuri (mengganggu) urusan orang-orang berkeyakinan lain. Mengingatkan dalam rangka berdakwah tentu diperbolehkan, namun perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi pula. Selain itu, kita sebagai muslim tidak boleh memaksa orang lain untuk menerima apa yang kita dakwahkan. Sesuai dengan surat Yunus ayat 99, kita tidak bisa memaksa seluruh manusia untuk beriman pada Tuhan yang satu. Hanya Allah yang memiliki wewenang untuk menjadikan seseorang beriman. 

Tugas manusia hanyalah menyampaikan kebenaran yang ia ketahui. Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 (2018), terdapat implikasi adanya pilihan bebas mengenai takdir iman ini. Ketika menerima kebenaran, manusia akan dihadapkan pada pilihan untuk percaya atau tidak. Apabila manusia itu menerima kebenaran setelah menggunakan akalnya untuk mempertimbangkan semuanya, maka Allah Ta'ala akan berkehendak dan mengizinkan agar keimanan menetap dalam hati orang tersebut.

Tuhan telah mengisyaratkan pentingnya toleransi dalam firman-Nya, yang diperkuat lagi oleh peraturan yang dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, sebagai manusia yang taat pada Tuhan dan negara, kita perlu mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci serta Pancasila untuk mencapai kehidupan bermasyarakat yang damai. Kita lakukan sedikit demi sedikit, mulai dari diri sendiri. Tuhan akan menyertai orang-orang yang mengupayakan kebaikan untuk dirinya dan lingkungannya.

Rujukan:

[1] Yasir, M. 2014. Makna Toleransi dalam Al-Qur'an. Jurnal Ushuluddin. Diakses melalui: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/734

[2] Kemenag: Moderasi Beragama. Diakses melalui: https://www.kemenag.go.id/moderasi-beragama

[3] Ar-Rifa'i, M. N. 2018. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1-4. Terjemahan: Syihabuddin. Depok: Gema Insani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun