Mohon tunggu...
Intan Purnama Sari
Intan Purnama Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Danau Asmara

2 Juni 2016   10:13 Diperbarui: 2 Juni 2016   10:33 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu matahari sangat cerah. Surya yang begitu hangat. Menyinari jendela kamarku dan menembus kaca hingga sinarnya menghampiriku seraya menyilaukan mata. Lalu aku terbangun dan membuka jendela dengan lebar, sambil menikmati dan menyambut matahari pagi. Dedaunan menghijau begitu indah. Burung-burung ditaman berkicua ria seakan ikut menyaksikan keindahan matahari pagi.

Sekitar pukul 09.00 Wib aku berangkat kesekolah. Ketika di perjalanan, tiba-tiba dengan tidak sengaja kami menabrak dari belakang, salah satu mobil yang ada di depan kami. “Braaaaakkk”, suara tabrakan mobil.” Astaga”. Pak Jojo hati-hati bawak mobil”. Bentakku dengan terkejut. Lalu pak jojo mengusap dadanya. “ Maaf Non, pak Jo ceroboh, karna pak Jo takut Non terlambat sekolah. Remnya juga sedikit bermasalah”. Kemarin saya lupa bawak ke bengkel” ujar pak Jojo dengan rasa takut. Saat itu aku mengerti perasaan pak Jojo. Ia tak ingin aku terlambat sekolah. Karna jika aku terlambat sekolah Ayah pasti akan memarahi dan menyalakan pak Jojo.kemudian pak Jojo keluar dari mobil. Empunya mobil yang kami tabrak itu juga keluar dari mobilnya.Ternyata ia seorang lelaki yang sangat tampan. Saat melihatnya mataku terpaku. Ia berpakaian rapi, memakai kaca mata hitam, badannya tinggi besar, kulinya putih hingga membuat mataku tak kuasa berkedip lagi.

Tak lama kemudia pak Jojo kembali kemobil dan melanjutkan perjalanan. “ Gimana pak Jo? Tanya ku. “ Alhamdulillah. Dia memang laki-laki yang sangat baik. Padahal mobilnya lecet, tetapi ia tidak mempermasalahkannya. Dan ia juga menanyaimu, Karna ia pikir Non mirip dengan seseorang”. Saat itu aku sangat terpesona. Rupanya ia juga sempat memperhatikanku. Sesampainya di sekolah pak Jojo langsunga pulang. Dikarnakan kejadian itu aku jadi terlambat sekolah.

Kringgg... kringgg, kringg... bunyi bel. Jam istirahat sudah tiba. Ku ajak Naila ke pustaka untuk mengembalikan buku. Naila adalah temanku dari kecil. Ia juga sekelas denganku. Saat menuju pustaka, aku menceritakan kapada Naila tentang kejadian itu. Ketika di pustaka, aku melihat wajah lelaki tampan itu dari sela-sela rak buku yang tersusun rapi. “ Mana mungkin ia juga disini!. Ini pasti hanya perasaanku saja”. “ Hei apa yang ka lihat?. Naia menolak bahuku dengan rasa penasaran. “ ah aku hanya melihat sosok misteri dari sebelah rak itu”. Naila langsung berlari ketakutan keluar pustaka. Hari itu di pustaka suasananya memang sangat sepi. Jadi wajar ia merasa takut. Lalu aku menyusulnya sambil tertawa mengejek. Kami duduk berdua dibawah sebuah pohon yang sering disebut pohon madu. Pohonnya tepat didepan kelas kami. Saat terhanyut dalam membaca, tiba-tiba datanglah seorang lelaki. Ia duduk di sudut sebelah kiri sambil membaca sebuah novel. Dengan tidak sengaja Aku menoleh kesebelah kiri. Ahh.. tiba-tiba jantungku berdetak kencang. Ternyata ia laki-laki yang tadi pagi kami tabrak mobilnya.” berarti yang di pustaka itu memang dia” sapa hatiku. Aku langsung meraba Naila dan mendorong-dorongnya. “ Nai, lihatlah ia laki-laki yang aku ceritakn barusan”. Lalu Naila melirik kesebelah kiri. “Oh dia temannya pak jek. Memanga banyak siswa yang menggemarinya”. Bisik Naila. Aku semakin gemetar, hatiku berdebar. Mataku melotot lagi memandangnya. Tak kusangkah ia menoleh kearahku. Sejenak kami saling memandang. Aku langsung membuang muka seakan tidak memperhatikannya. “Maaf. Kalau tidak salah Kamu yang di mobil itukan!”. Lelaki tampan itu menyapa dengan suara emasnya yang sangat merdu. “Hmmm ia” jawabku. “Gak nyangka kita bertemu disini. Kalian kelas berapa? Tanyanya. “ka...ka..kami kelas ti..ti..ga. Suaraku tesendat-sendat dikarnakan grogiku terlalu tinggi. Tak lama kemudian bel kembali berbunyi. Aku dan Naila kembali kekelas. Percakapan kami dengan lelaki itu terputus. Tak sempat pula kutanyai siapa namanya.

Keesokan harinya, setiap jam istirahat aku langsung bergegas duduk kebawah pohon itu. Sambil membaca buku dan berharap lelaki itu datang. Aku menoleh kearah kiri dan kanan tetapi sitampan itu tak kunjung datang. Berhari-hari sudah aku menunggunya. Semenjak aku melihat laki-laki itu, aku jadi termotifasi untuk belajar. Terlihat betul dari wajahnya, ia adalah seorang laki-laki yang cerdik dan berpendidikan. Entah kenapa sejak itulah aku tak perna lagi terlambat sekolah. Bahkan aku selalu datang lebih awal. Dengan begitu pak Jojo juga senang karna ia tak perna lagi dimarahi papa. Sepulang sekolah aku dan Naila sepakat pergi menjenguk Ritmi teman kami dari masa kecil, yang baru saja pulang berlibur dari Australia bersama keluargannya. Kami bertiga sering dipanggil Tiga Sejoli. Walaupun kami berbeda sekolah, tapi kami sering bersama.

Ketika aku dan Naila hendak pulang, tibalah sebuah mobil merah masuk kehalaman rumah Ritmi.Terdengar suara Ritmi yang berteriak-teriak. “sob...sob...sobat...!!!. aku dan Nailah serentak menoleh kebelakang. “Ohh ... sebelum kalian pergi, aku ingin memperkenalkan seseorang”. Ajak Ritmi. “ siapa?”sahut Naila. Lalu kami berjalan kearah mobil yang baru saja tiba itu. Keluarlah seorang laki-laki dari mobil tersebut. Ia memakai baju hitam bercorak biru dan memakai kaca mata. “perkenalkan. Ini kakakku yang baru saja kita bicarakan!!, Namanya Bara. Ia baru saja selesai kuliah dari Australia”. Lelaki itu tersenyum dan membuka kaca matanya sambil bersalaman. Saat itu aku langsung terkejut “Ahhhkk”. Rohku melayang-layang entah kemana. Bibirku gemetar, jantungku berdebar, darahku mengalir kencang dari kaki hingga kepala. Diluar kesadaran ternyata aku terlalu lama menggenggam tangannya. “ Ohhhh ternyata lelaki ini namanya Bara”. Aku tak menyangkah ini pertemuan ketiga kalinya. “ehh ... jumpa lagi. Kalian juga temannya Ritmi ya??. “ Ia kak Bara”. Jawab Naila. Sementara aku hanya terdiam.tak sanggup rasanya mengucapakan sepata kata, mulutku seperti tersumbat. Napasku juga tak beraturan. Suatu hari, Ritmi datang kerumah. Ia mengajak aku dan Naila pergi berkeliling kota bersama kakaknya yang tampan itu. Aku duduk di kursi depan dengan bara, sedangkan Ritmi dan Naila dududk di kursi belakang. Kami pergi kesebuah danau yang lumayan jauh dari kota. Konon katanya mata air danau itu terbuat dari air mata seorang putri, yang ditinggalkan seorang kekasih yang sangat dicintainya. Banyak wisatawan yang berkunjung ke danau itu. Setelah puas seharian berkeliling, kami singgah lagi disebuah restoran terkenal, dengan menghabiskan waktu dan makan malam direstoran itu. Perjalanan itu sangat mengesankan dalam hidupku. Aku dan Bara semakin akrab. Bara adalah laki-laki yang super cuek. Terlihat dari gayanya, caranya berbicara tampak seperti lelaki Korea yang di film-film. Walaupun begitu tetap saja, ia di mataku adalah laki-laki yang sangat lembut, baik hati dan tidak sombong. Sepanjang jalan ia sangat memperhatikanku. Bahkan ia juga seorang Hiro ia menyelamatkanku disaat aku terpeleset hehehe......

Keesokan harinya, Bara mengajakku bareng pergi sekolah. Dan sepulang sekolah ia sudah menunggu di pintu gerbang. Bara mengajakku untuk menemaninya kesebuah tempat.rasa tak percaya dalam hatiku, toh aku sudah seakrab ini dengannya. Sejenak kami saling memandang.Tatapannya sangat memaksaku untuk pergi. Sorot matanya yang tajam seakan ingin mengatakan sesuatu. Sungguhku berharap dugaanku jadi kenyataan. Tanpa berpikir panjang aku langsung menerima tawarannya. Tak kuasa untuk menolak, kakiku mendadak lumpu dan tak berdaya. Sepanjang jalan hatiku bertepuk-tepuk. Pipiku memerah rasa tak percaya hal ini terjadi.

Hari mulai menjelang sore. Tibalah kami ditempat tujuan. Dengan semangat Bara langusng keluar dari mobil. Ia membukakan pintu dan menarik tanganku keluar dari mobil. Ternyata ia membawaku kedanau yang kemarin kami kunjungi itu. Tak lepas-lepas ia menggenggam tanganku, sampai di tepi danau. Kami duduk dibebatuan sambil memainkan air” Bukannya kemarin kita sudah datang kemari!!” Tanyaku heran. Bara hanya tersenyum. Berulang kali ia memejamkan matanya dan menarik dalam nafasnya. Ia sangat menikmati keindahan dan sejuknya danau . Bara mengajakku melakukan hal yang sama. Dua menit lamanya aku memejamkan mata. Tiba-tiba ..... “I love you” Bisik bara ditelingaku. Seketika itu aku jadi salah tingkah. “a...a..aapa?. tanyaku. Aku jadi, deg..deg..deg.. . “Ayo ucapkan sekali lagi Bara” Dalam hatiku memaksa. “ Ia I love you “ Jujur aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu” Jelas Bara. Ia menceritakan semua isi hatinya. Takku sangkah selama ini ia menyimpan rasa terhadapku. Akhirnya terjawablah sudah harapanku selama ini.

Selesai..............................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun