Kabupaten Tangerang, sebagai salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Provinsi Banten, seringkali menjadi sorotan. Namun, di balik gemerlap pembangunan, terdapat isu-isu sosial yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah kesetaraan gender. Data Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi perempuan di Kabupaten Tangerang, terutama dalam konteks dunia kerja.
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Data BPS menunjukkan bahwa meskipun telah terjadi peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, namun masih terdapat kesenjangan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tercermin dari:
- Tingkat Pengangguran: Meskipun angka pengangguran secara umum mengalami penurunan, namun tingkat pengangguran terbuka (TPT) perempuan masih lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
- Sektor Pekerjaan: Perempuan cenderung bekerja di sektor informal dengan upah yang lebih rendah dan kurang memiliki jaminan sosial.
- Pendidikan: Meskipun tingkat pendidikan perempuan terus meningkat, namun masih terdapat perbedaan dalam akses dan kualitas pendidikan antara laki-laki dan perempuan.
- Gap Upah: Perempuan umumnya menerima upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang setara.
Penyebab Kesenjangan Gender
Beberapa faktor yang menyebabkan kesenjangan gender di Kabupaten Tangerang antara lain:
- Norma Sosial dan Budaya: Adanya anggapan bahwa perempuan lebih cocok untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak.
- Akses Terbatas terhadap Pendidikan dan Pelatihan: Perempuan seringkali memiliki akses yang lebih terbatas terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkualitas, sehingga membatasi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
- Diskriminasi: Perempuan seringkali mengalami diskriminasi dalam dunia kerja, baik dalam hal rekrutmen, promosi, maupun pemberian upah.
- Beban Ganda: Perempuan seringkali harus memikul beban ganda, yaitu bekerja di luar rumah dan mengurus pekerjaan rumah tangga.
Dampak Kesenjangan Gender
Kesenjangan gender berdampak negatif tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga bagi perekonomian secara keseluruhan. Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan antara lain:
- Pembangunan yang Tidak Merata: Jika potensi perempuan tidak dimanfaatkan secara optimal, maka pembangunan ekonomi tidak akan berjalan secara merata.
- Kemiskinan: Kesenjangan upah dan terbatasnya akses terhadap pekerjaan yang layak dapat menyebabkan perempuan dan keluarganya hidup dalam kemiskinan.
- Ketimpangan Sosial: Kesenjangan gender dapat memperlebar kesenjangan sosial dan menyebabkan ketidakstabilan sosial.
Upaya untuk Mencapai Kesetaraan Gender
Untuk mengatasi kesenjangan gender di Kabupaten Tangerang, diperlukan berbagai upaya, antara lain:
- Penguatan Kebijakan: Pemerintah perlu membuat kebijakan yang lebih pro-perempuan, seperti kebijakan afirmasi positif, cuti melahirkan yang lebih panjang, dan fasilitas penitipan anak.
- Pendidikan dan Sosialisasi: Masyarakat perlu diberikan pendidikan dan sosialisasi mengenai pentingnya kesetaraan gender.
- Peningkatan Akses terhadap Pendidikan dan Pelatihan: Pemerintah dan swasta perlu bekerja sama untuk meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkualitas.
- Penguatan Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan: Perempuan perlu diberikan ruang yang lebih besar untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di berbagai level.
Kesimpulan
Kesetaraan gender merupakan isu yang kompleks dan membutuhkan upaya dari berbagai pihak untuk dapat terwujud. Data BPS memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi perempuan di Kabupaten Tangerang dan menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Dengan upaya bersama, diharapkan kesenjangan gender di Kabupaten Tangerang dapat diatasi dan perempuan dapat berperan lebih aktif dalam pembangunan.