"Ada apa?"
Anak buahnya membisikkan sesuatu di telinga Kandi.
"Ada keperluan apa dia memanggil Engkus..." gumamnya dalam hati. Kecurigaannya menyeruak, orang yang memanggil Engkus adalah musuhnya, anak Tuan kawasa yang telah ia kalahkan.
...
Semua orang tahu Kandi dan anak Tuan kawasa pernah berduel hebat. Adalah Asnah, perempuan desa yang menjadi biang perseteruan mereka. Jansen adalah anak laki" Tuan kawasa yang mewarisi darah Belanda dari kakeknya. Dia mencintai Asnah, gadis desa yang memikat hatinya. Terjadi cinta segitiga antara ia, asnah, dan kandi. Asnah, gadis lugu dan sederhana tak sanggup jika ia harus menerima cinta Jansen. Taqdir ibarat langit dan bumi membuatnya lebih memilih Kandi, laki" bersahaja yang sepadan dengannya.
Tak terima dengan kekalahan, Jansen menantang Kandi menyelesaikan secara jantan. Duel satu lawan satu menjadi pilihan keduanya. Di arena pertunjukkan seperti sekarang inilah mereka bertarung. Jansen kalah telak, dan menepati janjinya pergi dari desa itu.
...
"Kang!" Kandi berseru melihat kedatangan Engkus. "Apa yang terjadi?", lanjutnya setelah ia melihat Engkus begitu pucat, bahkan tanpa ia sadari sebenarnya badan Engkus bergetar hebat, tangannya memegang sesuatu dibalik baju silatnya. Kandi kembali menyelidik
"Apa yang dilakukan laki" itu???"
Engkus hanya menggeleng, ia menuangkan air ke dalam gelas tempurung kelapa yang sudah tersedia di situ, meminumnya dengan sekali teguk. Kerisauan tergambar jelas di wajahnya.
Waktunya tiba mereka tampil di panggung, pembawa acara sudah memperingatkan mereka untuk bersiap".