Lamun urang sok ka Cianjur,
Mo poho olèh-olèh nu mashur,
rèncang sangu nu matak uruy, èta tauco Cianjur.
.......
(M.Yasin)
Kalau kita ke cianjur
Tak akan lupa oleh-oleh yang termashur
Teman nasi yang bikin ngiler, itu tauco cianjur (pen)J
Sebait lirik lagu lawas dari tembang sunda Cianjuran menggambarkan betapa nikmatnya tauco. Siapa yang tak kenal tauco, makanan tradisional ikon kota Cianjur ini tersedia hampir di setiap tempat oleh-oleh Cianjur, selain dijual di Toko-toko juga dijajakan oleh para pedagang asongan.Tauco adalah bumbu makanan yang terbuat dari biji kedelai (Glycine max) yang telah direbus, dihaluskan dan diaduk dengan tepung terigu kemudian dibiarkan sampai tumbuh jamur (fermentasi). Fermentasi tauco dengan direndam dengan air garam, kemudian dijemur pada terik matahari selama beberapa minggu sampai keluar aroma yang khas tauco atau rendaman berubah menjadi warna coklat kemerahan.
 Siapa nyana jika tauco bisa menjadi sebuah jejak dari keberagaman masyarakat Cianjur, kota yang heterogen dengan pemahaman toleransi yang matang terhadap sebuah akulturasi adat dan budaya sejak generasi leluhur cikal bakal masyarakat Cianjur.
Dilihat dari namanya tauco bisa dipastikan bukan berasal dari sebuah istilah sunda. Di Nusantara, referensi pertama mengenai tauco, seperti ditulis William Shurtleff and Akiko Aoyagi dalam History of Miso and Soybean Chiang, dapat dirunut dari tulisan seorang ilmuwan Belanda, Prinsen Geerligs, pada 1895-1896.Â