Mohon tunggu...
KELOMPOK KKN 26
KELOMPOK KKN 26 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halooo, perkenalkan kami dari kelompok 26 KKN Tematik Unej Periode I Tahun 2023/2024.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN UMMD UNEJ Berinovasi Menciptakan Menu MPASI untuk Mencegah Stunting dengan Menerapkan Diversifikasi Pangan

24 Januari 2024   20:51 Diperbarui: 24 Januari 2024   21:05 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa KKN UMD UNEJ Berinovasi Menciptakan Menu MPASI untuk Mencegah Stunting dengan Menerapkan Diversifikasi Pangan

 Saat ini, mahasiswa KKN UNEJ Kelompok 26 dibawah bimbingan Ibu Esti Utarti sedang melaksanakan pengabdian di Desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember.

Sucopangepok, 24 Januari 20224 - Kegiatan Mahasiswa KKN UMD UNEJ Kelompok 26 telah memasuki minggu ketiga. Salah satu program kerja yang dilaksanakan dalam rangka penuntasan dan menurunkan angka stunting di Desa Sucopangepok adalah pemberian MPASI pada bayi diatas umur 6 bulan. Pembuatan MPASI didasarkan oleh hasil observasi mahasiswa KKN yang masih banyak mendapati kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI yang kurang maksimal. Pemilihan bahan baku untuk MPASI diambil dari sumber daya tanaman yang mudah diperoleh di pekarangan warga yakni daun kelor.

Daun kelor (Moringa oleifera) adalah jenis tanaman sayur yang juga dikenal dengan julukan The Miracle Tree karena memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, salah satunya adalah khasiatnya dalam membantu mencukupi asupan nutrisi pada bayi. "Daun kelor ini masaknya harus tepat, supaya kandungan nutrisinya masih tetap terjaga" ujar Bidan Desa Sucopangepok, Tria Dewi. Mengutip laman NilaiGizi.com, per 100 gram daun kelor rebus mengandung 0,10 mg 

vitamin B1; 0,10 mg vitamin B2; 4 mg vitamin B3; 6,10 gram protein; 255 mg kalsium; dan 2,10 mg zat besi. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Simbolan pada tahun 2017 tentang pencegahan malnutrisi, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino. Daun kelor segar memiliki kandungan kalsium 4x lipat lebih besar daripada susu dan memiliki kandungan zat besi x lipat lebih banyak daripada sayur bayam.

Penggunaan daun kelor pada resep MPASI diwujudkan dalam menu MPASI yakni bubur nasi sayur kelor dengan telur puyuh serta bubur kentang sayur kelor dengan ayam. "Produk MPASI dari daun kelor ini secara rasa dan tekstur sudah ok, tidak ada bau kelor yang menyengat" ujar Bidan saat disuguhi produk MPASI buatan mahasiswa. Penggunaan aletrnatif kentang merupakan bentuk eksekusi konsep diversifikasi pangan untuk mendorong masyarakat mengkonsumsi menu yang bervariasi untuk memaksimalkan asupan nutrisi. 

Kentang, telur dan ayam dipilih karena termasuk dalam bahan makanan yang mudah ditemui di kebanyakan dusun yang tersebar di Desa Sucopangepok. MPASI dalam bentuk bubur disajikan untuk bayi dari umur 6 hingga 11 bulan. Pemberian MPASI pada bayi berusia 6-8 bulan dilakukan sesuai Kemenkes yakni sebanyak 2-3 sdm setiap kali makan dan ditingkatkan bertahap hingga mangkok atau setara 125 ml sedangkan untuk bayi berusia 9-11 bulan diberi hingga mangkok berukuran 120 ml.

Menu yang telah diuji kelayakannya akan diajarkan kepada kader-kader posyandu dari setiap dusun di Desa Sucopangepok dan target sasaran yakni ibu balita dan calon ibu sebagai upaya penanganan stunting dari sisi asupan makanan. "Untuk menu yang akan di ajarkan ke kader dan sasaran yang dari kentang saja, karena menunya mudah, belum pernah dipraktekkan sebelumnya dan memiliki cita rasa yang nikmat" ujar Tria Dewi selaku Bidan di Desa Sucopangepok saat berdiskusi tentang konsep demo masak. Hasil yang diharapkan adalah para ibu dan calon ibu dapat terus memasak makanan ini sebagai pilihan menu yang ekonomis dan mudah didapatkan. Pelaksanaan program ini jika diiringi dengan intervensi pemerintah dalam skala yang lebih besar dapat menurunkan angka stunting dan diharapkan dapat memutus angka stunting di Desa Sucopangepok. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun