Mohon tunggu...
Noorintan
Noorintan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hi Hello!!!!

Love, trust, and hope

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Mimpi #01 - Penyintas

21 Januari 2022   22:27 Diperbarui: 21 Januari 2022   22:34 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang hari di suatu pabrik, semua orang terlihat bekerja dengan semangatnya. Beberapa orang terlihat menghapus keringatnya, beberapa orang lainnya sedang berbincang, serta para petinggi pabrik yang sedang memantau di dalamnya. Dalam hatiku bergumam 

"Kenapa aku di sini?"

Aku berjalan dan memperhatikan setiap orang yang aku lewati. Baju putihku ini sepertinya tidak terlihat menarik perhatian pekerja. Lihat! Aku berjalan tanpa alas kaki. Setelahnya aku kembali merasa lelah, sangat lelah, pandanganku kabur. Tidak jelas. 

Sejenak aku terbangun dalam tidurku, sesekali melihat malam ini sudah memasuki jam berapa dan membuka beberapa chat yang belum aku balas. Kemudian, aku kembali tidur. 

Sepertinya mimpi sedang berlanjut di fase kedua aku tidur. Kali ini ada di luar ruangan, sangat panas. Tapi, aku yang tidak menggunakan alas kaki ini merasakan hal yang biasa. Padahal, seharusnya seperti orang lain saja ketika berada di bawah terik matahari akan terasa panas jika tidak menggunakan alas kaki, seperti cacing kepanasan. Sepi, hening, tenang, tergambarkan saat itu. aku melihat sekeliling, berjalan perlahan melihat kiri kanan, depan belakang. Ketika aku mulai merasakan kenikmatan berada di antara suasana yang tercipta, di saat itu juga aku mulai merasakan seperti ada yang sedang memperhatikanku. Aku mulai cemas karena hal itu. Aku merasakan ketakutan, aku merasakan ancaman, aku merasakan seperti diburu, menjadi umpan. Perasaan campur aduk itu datang. Dekat, dekat, dekat, semakin dekat, semakin dekat. Saat itu aku berjalan cepat samapi akhirnya aku berlari secepat mungkin. Benar saja, tiba-tiba dari arah berlawanan ketika sejenak aku menengok kebelakang ada yang menerkamku. Kumpulan mayat hidup terlihat di sekelilingku. Mereka kelaparan, aku berada di tepat di sarangnya. Tidak ada jalan keluar. 

"Oh Tuhannnn!!" Teriakku

"Kenapa aku di sini!!!!!!" Jeritku merunduk menutup kedua telinga


Sejenak aku terbangun dalam tidurku, sesekali melihat malam ini sudah memasuki jam berapa dan membuka beberapa chat yang belum aku balas. Kemudian, aku kembali tidur.

Malam hari di suatu perjalanan pulang menuju indekos. Sendirian. Aku tidak ingat persis kejadiannya. Saat itu di gang sempit, aku dicegat oleh seorang lelaki yang wajahnya sangat bernafsu untuk membunuh. Ia mencekikku, mendorongku, menodongkan pisau tepat di leherku. Tangannya semakin keras, urat-urat tangannya timbul, Pisaunya semakin dekat, aku semakin terpojok, untuk selanjutnya aku terbangun. 

Kali ini aku memasuki fase tidurku yang ketiga, bisa dibilang menjadi yang paling aneh... Ku pejamkan mata kembali

Saat itu masih sama, aku berada di suatu gang, berdiri mematung, kali ini aku tidak sendiri. Aku bersama seorang anak berumur enam tahun. Ia menggandeng tanganku erat. Bajuku  yang putih sudah lusuh, tatanan rambutku sudah berantakan, kakiku yang tidak pakai alas ini sudah dipenuhi luka. Tanganku gemetar. Di depanku tepat seorang lelaki yang sama seperti sebelumnya. Aku menatapnya lemah, anak itu melihatku melas. Tidak ada senyum di wajahnya. Air mataku jatuh, tubuhku lemas, aku ingin berteriak, aku ingin segera menyelesaikannya. Kapan titik alam bawah sadarku terbangun? 

"Ya Tuhannnn!!!" Hatiku berteriak


Selangkah demi selangkah aku memberanikan diri, begitu pula lelaki itu. Janggutnya yang tebal serta rambut kritingnya yang berantakan. Keberanian yang aku keluarkan juga dibantu oleh genggaman anak ini.  Aku sadar akan bahayanya kondisi saat itu

"Bakal kakak lawan, kamu di sini dulu. Cari tempat persembunyian ya. Tenang" 

Ku belai rambutnya halus dengan senyuman meyakinkan semua ini akan baik-baik saja. Ia hanya mengangguk, mungkin arti tanda mengerti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun