Kembali menikmati teh dipagi hari, dengan sebuah buku diiringi suara radio di pelataran rumah duduk santai dikursi goyang. Rajin berolahraga, kemudian memasak walaupun enggak bisa (kan belajar). Kemudian mencuci pakaian, mencuci piring, merapihkan rumah. Saling menyapa tetangga saat menyapu halaman rumah, berdansa dengan musik klasik.
Bercanda menikmati hujan, panas, bahkan saat tidak punya uang sekalipun. Meretas pikiran satu sama lain. memandang satu sama lain menikmati angkringan sekitar tempat tinggal di suasana ramainya jalan malam metropolitan. menebras asap rokok, tanpa melepaskan tautan tangan kami. Tak berongga, bahkan semakin erat. ia mengemasnya di dalam kantong jaketnya, tidak jadi dingin karena hangat oerut gembulnya. Hehehe
Malam harinya, kusempatkan untuk menulis, ngobrol intim dengan kekasih, berpautan tangan berdampingan duduk berdua di ruang nonton tv menikmati setoples kacang bawang, aku teh dia kopi. Hingga sampai pertengahan malam, kami memiliki waktu lebih untuk bisa ngobrol bersama. Obrolan yang dalam di antara kami, dengan latar cahaya yang redup berdampingan di kasur, because i love have a long conversation
Begitu terus, hingga suatu hari ketika senjaku tiba dan aku terbaring di ruang ICU, aku harap tangannya ada dan menggenggam tanganku sampai pada akhirku.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H