Mohon tunggu...
Intanningsih Prahastiwi
Intanningsih Prahastiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - An Amateur

Make up for lost time

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rendahnya Minat Pengolahan Teh Tradisional di Jawisari

15 November 2021   20:15 Diperbarui: 15 November 2021   20:16 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawisari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa ini terletak diantara desa yang cukup terkenal yaitu desa Gonoharjo dan juga desa Margosari. Letaknya yang berada di kaki gunung ungaran membuat sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Salah satu contohnya adalah Mbah Lasmi. Beliau merupakan warga asli Jawisari dan satu dari beberapa orang yang berprofesi sebagai petani sekaligus pembuat teh tradisional dan gula aren. Dulunya, pembuat teh tradisional di desa Jawisari ini cukup banyak, namun sekarang sudah tidak lagi.

"Dulu itu perempuan di sini banyak sekali yang membuat teh tradisional untuk dijual, tapi sekarang sudah tidak lagi soalnya sudah punya pekerjaan lain seperti berdagang, merantau, bekerja di pabrik. Perempuan disini yang tidak bekerja gitu ya kebanyakan membuat gula aren, sudah jarang sekali yang membuat teh seperti ini", ujar beliau ketika diwawancarai pada Minggu, 15 November 2021 di gubuk tempat beliau mengolah teh tradisional. Padahal, menurut beliau peminat dari teh tradisional ini cukup banyak, bahkan ada yang berasal dari luar daerah. Hal ini dikarenakan rasa dan aroma yang khas, yang tidak dapat ditemukan dalam teh-teh kemasan yang biasa kita beli.

Rasa khas yang dimiliki oleh teh ini berasal dari pengolahannya yang memang masih sangat tradisional. Pengolahannya masih dilakukan di atas tungku berbahan kayu bakar dan menggunakan kuali yang besar. Teh yang sudah disangrai nantinya akan digiling menggunakan tangan di atas tampah yang terbuat dari anyaman bambu sehingga teh menjadi layu dan siap disangrai lagi sampai kering. Metode seperti ini nantinya akan membuat teh menjadi berbau khas dan memiliki rasa yang pekat namun gurih dan bercita rasa nikmat. Hal inilah yang kemudian membuat banyak orang menyukai teh ini.

Sayangnya, saat ini produksi dari teh tradisional ini sangat terbatas. Penyebabnya yaitu daun teh yang digunakan merupakan daun teh milik sendiri yang ditanam di kebun yang tidak begitu luas sehingga hasil panennya tidak begitu banyak. Yang kedua adalah tenaga kerja yang terbatas. Mbah Lasmi merupakan satu-satunya orang yang mengolah teh didalam keluarganya, karena faktor usia juga menyebabkan beliau tidak bisa memproduksi teh dalam jumlah yang banyak, sehingga kalaupun ada pesanan yang banyak beliau tidak bisa menyanggupinya.

Kerabat Mbah Lasmi, yakni Bapak Sulaiman berharap akan ada lebih banyak orang lagi yang mengolah teh tradisional karena memang peluang di pasarnya cukup besar. "Bahannya sudah ada di kebun sendiri, tinggal metik. Semoga nantinya ya banyak orang yang melanjutkan pengolahan teh tradisional ini, supaya tetap berlanjut.", ujar beliau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun