Kampung Internasional Sosrowijayan banyak menyimpan cerita menarik serta berbagai potensi usaha didalamnya, hal tersebut merupakan salah satu daya tarik yang diminati para wisatawan.
Yogyakarta, kota yang nyaman ini banyak menyimpan keunikan dan ke khas-an tersendiri sehingga sangat diminati para wisatawan domestik maupun mancanegara. Semua itu dapat terlihat dari ramainya pusat kota Yogyakarta dan sekitarnya yang di penuhi oleh para wisatawan. Seperti contohnya daerah Sosrowijayan, daerah ini dapat disebut sebagai Kampung Internasional karena memang terdapat banyak orang yang berasal dari berbagai negara berkumpul disitu. Mengapa demikian? Sosrowijayan berada dikawasan Malioboro yang tidak jauh dari alun - alun kota Yogyakarta sebagai pusat kota Yogyakarta dan sangat strategis karena akses untuk menuju berbagai tempat menarik di Yogyakarta sangatlah mudah. Banyak losmen dan hotel menjadi pilihan sebagai tempat tinggal sementara selama berada di Yogyakarta. Di utaranya terdapat stasiun Tugu yang dapat menjadi salah satu alat transportasi untuk membawa kita kemana saja.
Jika kita berada di Kampung Internasional tersebut pasti kita akan mendengar banyak cerita menarik mengenai kampung tersebut. Seperti yang dikatakan Rian(40) warga asli kampung gang 1 Sosrowijayan. Fenomena kampung Internasional ini berawal pada tahun 1975-1980an, dimulai dari banyaknya Losmen dan hotel karena Sosrowijayan dekat dengan stasiun lalu muncul banyak cafe yang kini menjadi daya tarik tersendiri kampung internasional tersebut. Kini fenomena tersebut menjadi sumber mata pencahariannya sebagai seorang guide. Sebenarnya di kampung Sosrowijayan terdapat banyak pendatang dari Bali. Dalam sejarahnya, dahulu saat Gunung Agung yang berada di Bali meletus mengakibatkan banyak masyarakat Bali yang hendak mengungsi ke Sumatra melakukan transit di Yogyakarta dan beberapa banyak yang menetap dan kini menjadi warga Sosrowijayan.
Sosrowijayan sangat berpotensi untuk melakukan usaha. Seperti Beby(45) wanita warga kebangsaan Belanda yang lancar berbahasa Indonesia bercerita awalnya hanya berkunjung di Indonesia dan kini menetap di Indonesia karena menikah dengan orang Yogyakarta. Ia mengaku telah membuka usaha pengerajin batik modern, kini usahanya ia pasarkan di berbagai wilayah Indonesia dan tentunya ia juga eksportkan di berbagai negara. Hal ini dapat menjadi cerminan masyarakat Indonesia yang belum mencium potensi Indonesia.
Selain itu, bagi orang yang pernah datang ke Yogyakarta apalagi pernah datang ke kampung Sosrowijayan, pastilah tidak asing dengan kata “Sarkem”. Sarkem singkatan dari Pasar Kembang (dalam bahasa Indonesia berarti pasar bunga) ini terkenal sebagai pusat tempat prostitusi di kota Yogyakarta dan banyak orang berpikir tempat ini menyeramkan serta tidak sehat untuk menjadi tempat tinggal keluarga. Namun pada kenyataannya tempat ini tidak seburuk kebanyakan orang menilai. Warga kampung Sosrowijayan sangat ramah dan menerima siapa saja yang berkunjung disitu walaupun tidak memanfaatkan jasa tempat tinggal ataupun jasa tour guide dan memang bagi orang tua yang mempunyai anak sangat menjaga agar anaknya tidak terjerumus di jalan yang salah karena kebanyakan para pekerja seks komersial tersebut memang berasal dari daerah lain.
Dahulu Sosrowijayan merupakan kawasan Pasar Kembang yang menjual berbagai macam “bunga”(dalam makna sebenarnya). Namun pada tahun 1967 pasar kembang ditiadakan dan berubah menjadi hotel - hotel hingga sekarang ini. “Jadi jangan dikira sarkem itu hanyalah tempat menjual bunga(kiasan yang berarti wanita pekerja seks komersial), karena memang dahulu disitu kawasan Pasar Kembang”, ujar Rian sambil menghisap rokoknya. Namun memang ada pekerja seks komersial yang mencari penghasilan di kawasan Sosrowijayan tersebut dan kebanyakan dari mereka adalah pendatang yang mangkal di pinggiran gang dekat stasiun. “Tapi memang sudah biasa kan jika didekat stasiun ataupun terminal banyak menjadi kawasan prostitusi, mungkin karena dahulu disini adalah pasar kembang sehingga menjadi menarik untuk di ingat”, ungkap teman rian yang tidak mau menyebutkan namanya.
Jika ditanya dampak apa yang timbul dari kampung Internasional ini kepada warga setempat pastilah menjawab hal yang sama dengan positif. “Gara-gara banyak turis yang datang saya jadi bisa berbahasa asing walaupun saya tidak bersekolah bahasa asing”, kata Bu Rita(50) pedagang Lotek yang berjualan di pinggir lapangan yang berada ditengah pemukiman padat Kampung Sosrowijayan. Bu Rita bukan satu-satunya orang yang berkata mengenai dampak bahasa akibat para turis tersebut, namun hampir semua warga setempat mengakui dampak positif tersebut dan tak jarang berbagai bahasa mereka kuasai. Sehingga sangat cocok jika kampung Sosrowijayan di juluki sebagai Kampung Internasional Sosrowijayan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H