Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan sekaligus hari yang sangat memalukan bagiku. Hari itu saat lonceng sekolah berbunyi, teman-temanku berhamburan meninggalkan ruang kelas yang sangat penat itu. Aku bersama sahabatku yang bernama Sherin hendak pulang ke rumah, namun dengan secepat kilat Olivia yang juga sahabatku menghampiri kami dengan wajah yang panik. Ternyata Olivia meminta bantuan kami untuk menemaninya membuntuti seorang cowok yang terkeren di sekolah kami. Aku sejenak berpikir tentang permintaan Olivia, namun secara spontan Sherin menerima permintaan Olivia untuk menenemaninya membuntuti cowok idamannya. Aku merasa tidak enak hati jika menolak permintaan Olivia karena keputusan Sherin, aku pun dengan berat hati menerima permintaannya. Pertualangan kami pun dimulai, Olivia sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Berbagai perlengkapan penyamaran telah ia persiapkan untuk kami. Olivia meminta kami untuk memakai topi pemberiannya dan memakai kacamata hitam yang telah ia persiapkan sebelumnya. Saat cowok keren itu hendak menaiki angkutan umum, aku bersama kedua sahabatku juga bergegas menaiki angkutan umum yang sama. Dengan penampilan yang misterius, para penumpang yang lainnya sempat mencuri-curi pandangan terhadap kami. Aku merasa tidak nyaman dengan pandangan mereka yang sinis itu, namun dengan tenangnya Olivia dan Sherin menanggapi pandangan-pandangan sinis itu dengan candaan. Meskipun penampilan kami telah menarik perhatian para penumpang di dalamnya, pandangan cowok keren itu tetap mengarah ke luar jendela angkutan umum itu tanpa mempedulikan suasana yang ada di sekitarnya. Tak lama kemudian, cowok keren itu turun dari angkutan umum itu. Saat itu Olivia mulai resah karena takut kehilangan jejak si cowok keren itu, dengan tergesa-gesa Olivia segera menarik tangan kami untuk turun dari angkutan umum itu. Dengan gaya bak seorang detektif, aku bersama kedua sahabatku mengikuti langkah demi langkah si cowok keren itu. Namun naasnya, saat hendak menyeberangi jalan, kami kehilangan jejak cowok keren itu. Olivia mulai merasa frustasi, namun aku dan Sherin tetap menyemangatinya. Saat itu, telintas di pikiran Olivia untuk memasuki sebuah gang di dekat jalan itu, karena yang ia ketahui bahwa rumah cowok keren itu berada di dalam sebuah gang. Kami dengan wajah yang tampak seperti orang tersesat dihantui oleh pandangan-pandangan warga sekitar. Tiba-tiba seorang warga sekitar menghampiri kami dan menanyakan apa yang sedang kami lakukan disini. Dengan penuh rasa penasaran, Olivia menanyakan rumah cowok keren itu. Beruntungnya, seorang warga itu mengenali cowok keren itu, dan menunjukkan arah rumahnya. Seorang warga itu mengatakan bahwa rumah cowok keren itu berada di dekat pohon kelapa yang tinggi itu dan di belokan pertama sebelah kanan. Saat itu aku benar-benar merasa kelelahan dan kehausan, namun kedua sahabatku masih tetap bersemangat untuk melannjutkan petualangannya mencari rumah cowok keren itu. Tibalah kami di depan rumah cowok keren itu, dengan wajah yang penuh harap cemas, Olivia melihat situasi rumah cowok keren itu, dan tiba-tiba cowok keren itu muncul dengan bertelanjang dada. Betapa kagetnya kami dan kami pun segera bersembunyi di sebuah batang pohon yang besar. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang meneriaki kami. Kami pun menjadi cemas dan hendak melarikan diri. Namun naasnya, saat kami hendak keluar dari gang itu, ada seekor anjing hitam yang hendak mengejar kami. Saat itu aku benar-benar merasa ketakutan hingga tak mampu melarikan diri, namun kedua sahabatku menarik kedua tangan ku untuk segera melarikan diri dan meninggalkan kawasan rumah cowok keren itu. Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan. Namun sahabatku Olivia merasa senang karena ia telah mnegetahui rumah cowok keren itu dan Sherin merasa bahwa petualangan hari itu benar-benar menyenangkan dan seru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H