Tidak ada acuan yang baku dalam dunia pendidikan mengenai parameter dalam pilih kampus untuk para calon mahasiswa dan mahasiswi. Dunia pendidikan akan selalu menyajikan tantangan tersendiri dalam dalam proses pembelajarannya. Parameter dalam pilih kampus yang sesuai adalah dengan memahami dirimu sendiri.
Itulah mengapa visi akan masa depan harus dimiliki setiap individu sedini mungkin karena itu yang akan menjadi penentu parameter kalian dalam menentukan pilihan universitas yang terbaik.
Karena sudah banyak terbukti saat lulus kuliah yang kalian punya hanyalah ijazah sebagai bukti bahwa kalian telah menyelesaikan pendidikan tingkat universitas. Selebihnya saat mulai menginjak kehidupan yang nyata setelah lulus kuliah yang dilihat oleh HRD adalah kemampuan kalian bukan hanya memandang almamater kalian.
Mengangkat tema pendidikan meningatkan aku akan banyak hal istimewa dalam hidup ini. Ketika aku menjadi mahasiswa baru di Universitas Trunojoyo Madura terdapat sebuah pesan moral yang sangat menyentuh hati yang disampaikan oleh Bapak Rektor kala itu. Pesan yang disampaikan sangat sederhana namun penuh makna. " lebih baik menjadi ikan yang besar di kolam yang kecil daripada menjadi ikan kecil di kolam yang besar."
Itu adalah momen yang menjadi titik balik dalam hidupku yang saat itu sedang membutuhkan dukungan karena aku telah gagal masuk ke universitas ternama di Indonesia.
Menempuh pendidikan di universitas ternama memang suatu hal yang membanggakan. Namun perlu ditanamkan dalam hati bahwa masa depan kita bergantung pada kemampuan kita sendiri.Â
Tidak dapat belajar di universitas ternama bukan berarti harapan dan impian yang kita miliki hancur. Dimanapun tempat kita belajar asalkan kita bersungguh sungguh pasti bisa mencapai apapun yang diinginkan. Kita hanya perlu membuktikan diri bahwa kita bisa. Itu sudah kubuktikan ketika aku masih menjadi mahasiswi dan setelah aku lulus kuliah.
Saat menjadi mahasiswi di Universitas Trunojoyo Madura, aku berusaha untuk membuktikkan ucapan Bapak Rektor untuk menjadi ikan besar dari kolam kecil. Akupun aktif menulis dan dua karyaku dimuat di media cetak, koran. Kemudian aku bersaing dengan mahasiswa dari banyak universitas untuk menjadi pemakalah di seminar nasional yang diadakan oleh Universitas Negeri Surabaya. Saat itu aku menjadi pemakalah termuda dan lainnya adalah mahasiswa S2.
Saat setelah lulus dan menginjak kehidupan nyata, banyak orang tidak lagi memandang apa almamatermu tapi apa pekerjaanmu. Kerasnya dunia kehidupan di lingkungan membentuk karakter yang kuat untuk ku membuktikan lulusan Universitas Trunojoyo Madura untuk tidak dipandang sebelah mata. Aku pun berhasil diterima kerja di Dinas Pendidikan Kota Kediri dengan mengalahkan banyak saingan yang merupakan lulusan universitas ternama di Indonesia.
Kisahku yang lulusan dari Universitas Trunojoyo Madura ini tidak lengkap rasanya tanpa menceritakan sosok senior yang telah mengharumkan almamater Universitas Trunojoyo Madura, beliau adalah Dodik Pranata Wijaya. Sesaat setelah lulus dari Universitas Trunojoyo Madura, Dodik meneruskan pendidikan di Amerika dan kini ia bekerja sebagai Staf Khusus Menteri, yakni Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Dari dua kisah itu diharapkan bagi banyak anak muda yang pernah mengalami kegagalan untuk tetap selalu optimis menghadapi masa depan. Semua orang berhak untuk sukses dalam bidangnya masing-masing, tidak pandang bulu, tidak pandang almamater tapi memandang kualitas yang kamu miliki.