Mohon tunggu...
Intania Hananto
Intania Hananto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Science Student

Communication Science Student

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dampak Invasi Militer Rusia ke Ukraina Pada Hubungan Rusia dengan Dunia Internasional

14 April 2022   20:15 Diperbarui: 14 April 2022   20:17 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Rusia Vladimir Putin (KOMPAS.COM/SERGEY GUNEEV)

Invasi militer Rusia ke Ukraina ini berdampak pada hubungan Rusia dengan dunia internasional. Pada dasarnya, hampir seluruh negara menyatakan ketidaksetujuan atas invasi militer dan menyerukan perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Akan tetapi, dapat dilihat bahwa posisi politik dunia terbagi menjadi 3; kontra, pro, dan netral.

Negara-negara yang kontra seperti Amerika Serikat, negara anggota Uni Eropa, Singapura, dan Australia memutuskan untuk memberikan sanksi kepada Rusia seperti sanksi ekonomi, perdagangan, politik, dan kebudayaan untuk menekan ekonomi dan mengisolasi Rusia dari dunia internasional.

Berbeda dengan amerika serikat dan sekutu, China dan Turki menolak pemberian sanksi terhadap Rusia. Sikap ini dipandang oleh Blok Barat sebagai sikap yang mendukung Invasi Rusia ke Ukraina dan membahayakan perdamaian dunia.

Sementara itu, Indonesia memilih sikap yang lebih netral dikarenakan prinsip politik bebas-aktif yang dianut sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945. Presiden Jokowi dan kementerian luar negeri Indonesia telah menyatakan bahwa Indonesia mengecam tindakan operasi militer apapun yang dilakukan oleh suatu negara atas negara lain yang berdaulat. Akan tetapi Indonesia tidak setuju pemberian sanksi terhadap Rusia dan lebih mengedepankan cara-cara diplomatik terhadap Rusia dan aktif mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada ukraina.

Sikap yang diambil oleh pemerintah Indonesia sangat tepat karena pemberian sanksi tidak akan membuat Rusia menghentikan perang namun hanya akan mengganggu hubungan baik bilateral Indonesia dan Rusia yang telah terjalin selama ini. Indonesia harus lebih aktif dalam berdiplomasi dengan Rusia melalui dialog untuk mencapai perdamaian dan aktif dalam memberikan bantuan-bantuan kemanusiaan kepada ukraina.

Perbedaan sikap politik yang berbeda dari dunia internasional ini mempengaruhi aktivitas kerjasama internasional diantaranya penyelenggaraan forum G20 2022 yang diketuai Indonesia dan akan dilaksanakan di Bali. Amerika dan Sekutu menyatakan tidak ingin mengundang Rusia ke forum G20, namun Indonesia berpandangan bahwa forum G20 harus tetap melibatkan seluruh negara anggota. Selain itu, China memandang peran Rusia dalam G20 masih sangat penting. Presiden Putin dan duta besar Rusia untuk Indonesia menyatakan bahwa Presiden Putin masih berniat untuk hadir pada forum G20 di Bali. Tekanan yang sama juga disampaikan oleh UNWTO yang berencana untuk menangguhkan keanggotaan Rusia dalam UNWTO. Forum G20 harus tetap melibatkan Rusia sebagai negara anggota karena forum G20 merupakan kesempatan yang sangat baik untuk menjembatani perdamaian dan menghentikan perang.

Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini berdampak pada hubungan Rusia dengan dunia Internasional. Berbagai posisi yang dianut oleh negara-negara memberikan berbagai sanksi dan dukungan yang berbeda dengan Indonesia sebagai pihak netral. Kehadiran Rusia pada G20 yang akan dilaksanakan di Bali menjadi sebuah kesempatan yang baik untuk membujuk Rusia agar memberhentikan operasi militer spesial di Ukraina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun