Mohon tunggu...
Intan Herdini
Intan Herdini Mohon Tunggu... -

Saya seorang mahasiswi dari Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Lahir di kota Semarang pada tanggal 7 Maret 1992 dan memiliki 3 orang kakak yang dimana semuanya laki-laki (waah paling cantik). Saya memiliki hobi menyanyi, mendengarkan musik, dan online..online..tentunya. Saya ini seorang yang pemalu tetapi sebenarnya tidak juga..(gimana sih?), baik hati, tidak sombong, rajin menabung, ramah tamah, lucu, menggemaskan (hzzz...) dsb.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duka Air Mata yang Mewarnai Indonesia

22 November 2010   03:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi dan bencana alam akhir-akhir ini kembali terjadi di bumi pertiwi kita tercinta. Segala rentetetan kejadian tersebut membuat semua masyarakat prihatin dan berduka melihat kondisi bangsa ini yang sering dilanda musibah. Dari tragedi kecelakaan kereta api di daerah Petarukan, Jawa Tengah yang merenggut banyak korban nyawa sekitar 20 orang lebih ini sungguh memperlihatkan betapa menyedihkannya kondisi bangsa kita ini. Sistem tramspotasi yang buruk pun merupakan salah satu faktor terjadinya kecelakaan tersebut sampai harus memakan banyak korban nyawa melayang. Entah penyebab utama kecelakaan itu karena faktor manusia atau sistem operasional dari kereta api yang salah, yang jelas tragedi ini sungguh membuat bangsa ini menangis melihat kejadian tersebut.

Belum lama kejadian kereta api itu terjadi, tanggal 26 Oktober 2010 lalu di kepulauan Mentawai telah diterjang tsunami yang menelan korban nyawa 100 orang lebih. Ribuan rumah penduduk Mentawai hanyut tersapu oleh tsunami. Kejadian ini terjadi saat semua penduduk sedang tertidur lelap.

Dini hari terjadi tsunami di Mentawai, di hari yang sama namun di tempat berbeda bangsa ini kembali mendapat pukulan yang keras. Yah, gunung yang paling aktif di dunia itu mengeluarkan awan panas sekitar pukul 17.00. Awan panas itu menerjang desa Kinahrejo, Sleman, Yogyakarta tempat tinggal sang juru kunci merapi yaitu mbah Marijan. Namun naasnya, Mbah Marijan ikut menjadi korban keganasan awan panas tersebut. Banyak korban nyawa yang tewas akibat terjangan awan panas itu, yaitu sekitar 30 orang lebih. Korban luka-luka pun juga banyak yang mengalami. Kondisi saat itu benar-benar sangat mencekam, karena jalan terganggu dengan hujan abu akibat letusan gunung Merapi tersebut.

Belum tenang dengan terjangan awan panas yang pertama, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Kali ini menerjang salah satudesa yang menjadi korban keganasan awan panas yaitu Gelangangharjo. Kejadian ini terjadi pada tanggal 5 November 2010. Letusan kali ini menelan hampir 30 korban nyawa melayang.

Bencana alam dan tragedi ini membuat banyak warga kehilangan harta benda bahkan keluarga. Bantuan demi bantuan untuk membantu korban bencana terus mengalir. Indonesia telah kehilangan banyak nyawa di tahun ini, dengan banyaknya saluran bantuan dari seluruh warga menunjukkan betapa menyedihkan kondisi bangsa kita saat ini.Seluruh Indonesia turut berduka dengan rentetan kejadian tragedi dan bencana alam yang terjadi. Banyak anak-anak yang harus kehilangan orang tuanya, banyak juga orang tua yang kehilangan anaknya. Kehilangan harta benda, materi, dan pekerjaan sudah menjadi akibat dari kejadian bencana alam maupun tragedi kecelakaan. Seluruh stasiun televisi di Indonesia selalu menayangkan berita-berita tentang kejadian tersebut. Bencana alam ini juga menjadi sorotan warga dunia yang menyaksikan berita ini mucul di surat kabar, televisi maupun internet. Sungguh sangat memprihatinkan Indonesiaku ini.

Tetapi dibalik kondisi yang memprihatinkan ini masih banyak relawan yang mau membantu memulihkan keadaan para korbanbencana menjadi lebih kuat menghadapi cobaan. Masih banyak orang-orang disekitar mereka yang selalu memberi uluran tangan. Dengan banyaknya rentetan kejadian yang melanda Indonesia, kita tidak perlu selalu meratapi kesedihan namun kita harus mampu bangkit kembali. Indonesia harus mampu mengambil hikmah dari semua kejadian yang ada sehingga menjadi bangsa yang lebih dewasa dan berkembang. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun