Malang, Jawa Timur - 1 Oktober 2022 menjadi hari kelam bagi sepak bola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menelan korban jiwa lebih dari 130 orang dan ratusan lainnya terluka. Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi olahraga terburuk di dunia dan meninggalkan luka mendalam bagi para korban, keluarga, dan seluruh masyarakat Indonesia.
Kronologi Kejadian
Pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 berjalan sengit. Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya sehingga memicu kekecewaan para suporter Arema FC. Tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan ini terjadi saat tak lama setelah pertandingan sengit Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1. Kekalahan Arema dengan skor 2-3 memicu kekecewaan para suporter sehingga mendorong sekelompok penonton untuk mendobrak masuk ke lapangan hijau.
Setelah pertandingan selesai, beberapa suporter masuk ke lapangan untuk memprotes hasil pertandingan. Aparat keamanan kemudian menembakkan gas air mata ke arah suporter untuk membubarkan kerumunan. Gas air mata yang ditembakkan secara berlebihan dan ke arah tribun menyebabkan kepanikan dan banyak suporter yang terinjak-injak.
Situasi semakin kacau dan banyak suporter yang terjebak di pintu keluar stadion yang terkunci. Pintu keluar darurat pun tidak berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan banyak suporter yang sesak napas dan meninggal dunia.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, menjelaskan kronologi bahwa "Pertandingan berjalan tanpa masalah dan selesai sesuai dengan prosedur," ujar Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10).
"Namun, kekecewaan muncul dari para suporter yang melihat tim kesayangannya, Arema FC,kalah setelah 23 tahun tak terkalahkan di kandang sendiri." Kekecewaan ini mendorong para suporter turun ke lapangan untuk melampiaskan rasa kecewa mereka.
“Petugas keamanan berusaha mencegah dan mengalihkan mereka agar tidak masuk ke lapangan dan menyerang para pemain," jelas Nico.
Namun, situasi semakin memanas dan para suporter melakukan aksi anarkis. "Polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk meredakan kerusuhan," kata Nico.
Akibat kejadian tersebut jumlah korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan terus bertambah. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, drg Wiyanto Wijoyo, mengkonfirmasi bahwa hingga Minggu (2/10) pukul 10.40 WIB, jumlah korban meninggal dunia mencapai 130 orang. Korban tewas terdiri dari para suporter dan anggota polisi. Dua anggota polisi yang turut menjadi korban dalam tragedi maut Kanjuruhan adalah Briptu Fajar Yoyok Pujiono dari Polsek Dongko, Trenggalek, dan Brigadir Andik Purwanto dari Polsek Sumbergempol, Tulungagung.