Selalu merasa tidak puas akan pencapaian diri sendiri memang banyak dialami oleh beberapa orang. Mereka merasa pencapaiannya bukanlah suatu hal yang perlu sekali dibanggakan, padahal sekecil apapun pencapaian yang kita raih, semua adalah buah dari usaha yang kita tekuni. Tentu hal tersebut bukanlah menjadi hal yang mudah, karena itu sekecil apapun pencapaian yang kita raih tentu harus diapresiasi.
Banyak orang yang menganggap remeh dirinya sendiri, padahal sudah jelas sekali bahwa kemampuan dari setiap individu itu tidak selalu sama dan itu sudah menjadi kodrat manusia yang diberikan Tuhan. Karena itu penerimaan diri sangatlah penting diterapkan pada setiap individu tanpa terkecuali, menyadari bahwa kemampuan setiap manusia itu tidak mungkin sama, dan juga setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Penerimaan diri disini berarti memiliki gambaran positif terhadap diri, dan dapat bertahan dalam kegagalan atau kepedihan serta dapat mengatasi, itu menunujukan bahwa individu tersebut masih memiliki keinginan untuk memperbaiki keadaan dan mengembangkan dirinya. (Citra and Eriany)
Dalam artian lain penerimaan diri adalah tingkat kesadaran individu terhadap karakteristik pribadinya, dapat menerima dan bersedia menjalani kehidupan dengan apa adanya. (Citra and Eriany)Â Penerimaan diri sangat diperlukan agar tidak timbul perasaan kurang puas yang berakhir membandingkan dengan pencapaian orang lain.
Saat kita menerima diri kita dengan apa adanya maka secara tidak langsung kita menerima seberapa besar kapasitas atau kemampuan kita sendiri, karena pada dasarnya kemampuan setiap individu itu pasti berbeda dan memiliki kelebihannya maisng-masing. Kita bisa melihat contoh yang mungkin sering kita temui pada kehidupan sehari-hari atau bahkan kita mengalaminya sendiri, bahwa setiap anak tidak semuanya pandai dalam pembelajaran matematika, ada juga yang pandai dalam bidang ilmu pengetahuan sosial atau bidang ilmu lainnya. Dari contoh tersebut sudah bisa menjelaskan bahwa yang tidak pandai bidang ilmu matematika bukan berarti bodoh atau tidak memiliki kemampuan hanya saja kemampuannya adalah pandai memahami bidang ilmu lain seperti ilmu pengetahuan sosial. Keduanya tidak bisa disebut bodoh/tidak memiliki kemampuan, tapi keduanya memiliki keunggulannya tersendiri dan kita tidak bisa memilih mana yang lebih pandai.
Ketika seseorang mampu menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya akan menghantar seseorang pada aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. (Citra and Eriany)Â Alih-alih kita membandingkan pencapaian kita dengan pencapaian orang lain, lebih baik kita fokus pada kemampuan kita, seperti dengan menyalurkan bakat kita, membuat atau menciptakan sesuatu dengan kemampuan yang kita miliki.
Kebutuhan antara satu individu dengan individu lainnya umumnya memiliki kesamaan namun berbeda dalam pencapaiannya. Ada sebagian individu yang berhasil memenuhi kebutuhannya dan ada pula sebagian lain yang mengalami kendala dalam memenuhi kebutuhan tersebut karena bermacam-macam alasan.(Fitriani)
Karena itu kita tidak bisa selalu membandingkan pencapaian kita dengan pencapaian orang lain. Selain itu tentu saja usaha yang dilakukan orang lain berbeda dengan yang kita lakukan, bergantung pada ketekunan masing-masing dalam pencapaian tersebut yang tentu hasil akhirnya juga pasti akan berbeda.
Dalam Islam juga, konsep penerimaan diri sebenarnya sudah menjadi bagian ajaran Islam yang dikenal dengan istilah Qona'ah. Allah berfirman: "Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)." (QS. At-Taubah: 59). Ayat ini menerangkan tentang bagaimana Islam menganjurkan umatnya untuk tidak cepat berputus asa dan percaya sepenuhnya dengan kuasa Allah SWT. Dengan tidak berputus asa menuntun manusia untuk senantiasa menerima keadaan dirinya dengan lapang dada, dan percaya bahwa Allah SWT akan memberikan karuniaNya dengan jalan lain. (Fitriani)
Pencapaian didapatkan agar setiap inidividu merasakan kepuasan ataupun kebahagiaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebahagiaan menjadi satu hal yang ingin diraih oleh semua orang, baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Jika ditanya tentang tujuan hidupnya, kebahagiaan mungkin akan menjadi jawaban bagi sebagian besar orang. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia untuk mencapai kondisi bahagia. Â Selain itu juga kebahagiaan atau kepuasaan merupakan bentuk kesempurnaan, sehingga banyak upaya yang dilakukan untuk mencapainya. (Patnani) Dan untuk mencapai kebahagiaan setiap individu pasti memiliki caranya tersendiri.
Dapat disimpulkan bahwa komponen yang selalu ada dalam kebahagiaan seorang individu adalah adanya optimisme, komitmen sosial, afeksi positif, kontrol, kesehatan, kepuasan dengan diri sendiri, hubungan interpersonal yang harmonis, penghargaan dari orang lain, kepuasan materi, prestasi kerja, keberuntungan dan ketenangan juga pencapaiannya. (Patnani) Semua itu bisa didapat atau diraih atas kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu itu sendiri. Cukup fokus kepada tujuan yang akan kita capai dan juga dengan ketekunan usaha yang harus kita keluarkan. Tidak perlu membandingkan hasilnya dengan milik orang lain karena proses untuk menuju pencapaiannya saja sudah pasti berbeda.
Citra, L. R. A., and P. Eriany. "Penerimaan Diri Pada Remaja Puteri Penderita Lupus." Psikodimensia, 2015, http://journal.unika.ac.id/index.php/psi/article/view/374.