Mohon tunggu...
Intan Afrina
Intan Afrina Mohon Tunggu... -

ingin terus belajar...belajar.....dan belajar.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Si Pedagang Buku Agama Keliling

20 April 2010   04:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:41 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Life Quote Pictures, Images and Photos

Dia hanya seorang lelaki biasa berumur 40 tahunan yang memiliki seorang istri dan 2 orang anak yang masih kecil-kecil, orang-orang yang sudah mengenalnya biasa memanggilnya Pak Eman.

Belasan tahun lalu Pak Eman memutuskan untuk menjadi pedagang buku agama keliling.Kenapa ia memilih profesi tersebut, dengan tegas ia menjawab karena orang-orang sudah banyak yang kurang tertarik mempelajari tentang agama.Cukup membingungkan bukan? Karena biasanya setiap pedagang pasti mencari dagangan atau produk apa yang paling dicari dan diminati banyak orang sehingga logikanya produk tersebut pasti akan laku keras dan mendapat untung yang banyak, namun tidak dengan Pak Eman.

Seperti siang itu, Pak Eman berkeliling menjajakan dagangannya memasuki lorong-lorong sempit ibukota namun belum satupun pembeli yang tertarik membeli bukunya.Di sebuah warung kecil ia berhenti sejenak menawarkan dagangannya pada beberapa orang disana, seorang anak perempuan merengek pada ibunya minta dibelikan buku Iqra’ yang dipegang Pak Eman, namun ibunya tidak mampu mengabulkan keinginan sang anak karena uang yg dimilikinya tidak cukup, dengan ikhlas Pak Eman merelakan bukunya hanya dihargai Rp. 3.000,- saja.Setelah itu Ia bergegas mencari mesjid untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, tak lupa setelah selesai dan berdoa, ia memasukkan uang Rp. 1.000,- ke kotak infaq mesjid.Berarti uangnya sekarang tinggal Rp. 2.000,-. Tidak seperti kebanyakan orang yang mau berinfaq atau bersedekah hanya dalam keadaan lapang, dalam keadaan sempit pun Pak Eman tetap seorang yang kaya hatinya.

Setelah lelah berjalan, biasanya Pak Eman sering menggelar dagangannya di depan mesjid.Satu dua jamaah mesjid ada yang mampir ke lapak dadakannya, walau kebanyakan hanya sekedar melihat- lihat saja.

Tak jarang ia menaiki bis antar kota, berharap para penumpang menghabiskan waktunya yang cukup lama tersebut di bis dengan membaca buku agama. Menjelang malam, Pak Eman akan menumpang beristirahat di mesjid setelah minta izin dari RT setempat.Beberapa hari kemudian setelah uang terkumpul lumayan banyak Pak Eman ingin membawakan sekedar oleh-oleh untuk buah hatinya di rumah yang sudah beberapa hari ini ditinggalkannya.Sambil membawa bungkusan baju anak-anak yg dibelinya di pasar dengan harga murah, Pak Eman rasanya sudah tak sabar ingin segera pulang.Setibanya dirumah, istri dan anak-anaknya menyambutnya dengan hangat dan sukacita...

Cerita yang saya rangkum dari sebuah tayangan di televisi ini telah membuat saya terharu dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa ternyata setiap orang mampu dan berhak menentukan jalan hidup yang terbaik yang diyakininya benar. Karena tugas manusia hanya berikhtiar dan berdoa, soal hasil kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan pasti akan membantu hambaNya yang istiqomah dijalanNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun