Kita takkan jadi satu genggaman
Takkan pernah genap
Ku kian takut berangan-angan
Namun kau kerap mendekap
Mampukah aku untuk menepi
Dan tak tertuju padamu lagi?
Bisakah aku memilih pada siapa kumenjatuhkan hati?
Kita mencintai dan terlampau perih untuk mengakhiri
Ku bersimpuh menghadap kiblat
Dan kau genggam liontin salib dengan erat
Ku merasa kau sangat dekat
Namun jiwamu masih tetap tak merangkulku kuat
Kini kutemukan makna dalam sebuah lagu
yang sering kau dengarkan;
"Tuhan memang satu, kita yang tak sama"
Kini ku mengerti itu..
(Majalengka, 29 Januari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H