Mohon tunggu...
Intan Arum Pramesti
Intan Arum Pramesti Mohon Tunggu... Lainnya - XI IPS 2 || 13

hi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Buku: The Woman in Cabin 10

6 Maret 2021   13:32 Diperbarui: 8 Maret 2021   08:32 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Lo (Laura) Blacklock adalah seorang wartawan kelas rendah yang bekerja di sebuah majalah wisata, Velocity. Beberapa hari lagi, ia harus mengikuti pelayaran perdana kapal pesiar mewah "Aurora" untuk meliput mengenai pelayaran tersebut, menggantikan atasannya yang tidak bisa hadir. Tugas ini menjadi begitu penting untuk batu loncatan karir Lo, sehingga ia tidak mau melewatkannya. Namun sayangnya, beberapa hari sebelum berlayar, rumah Lo dirampok. Hal ini membuat Lo terluka secara fisik maupun mental. Ia harus mengonsumsi beberapa obat-obatan untuk membantunya tidur atau tetap tenang. Keadaan diperburuk dengan kecandunnya terhadap alkohol, serangan panik, dan klaustrofobia yang ia alami. Meski begitu, ia memutuskan untuk tetap hadir dalam pelayaran "Aurora".

"Aurora" digambarkan sebagai sebuah kapal pesiar mewah kecil namun memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Kapal itu terdiri dari 10 kabin, dan Lo menempati kabin ke 9, bersebelahan dengan kabin 10. Lo menikmati perjalanan ini, apalagi ia bisa bertemu dengan banyak orang "papan atas" yang turut diundang menikmati pelayaran perdana "Aurora". Malamnya, Lo sedang bersiap untuk menghadiri pertemuan para tamu kapal. Karena tidak memiliki maskara untuk menunjang penampilannya, ia memutuskan untuk mencoba meminjam ke orang yang ada di kabin 10. Gerak-gerik wanita yang ada di kabin tersebut mencurigakan, seakan kaget dengan kehadiran Lo di depan pintunya. Ia memberikan maskara itu kepada Lo dan berpesan agar tidak perlu mengembalikannya.

Lo tidak ambil pusing dengan kejadian yang baru ia alami tersebut. Beberapa hari kemudian, saat tengah malam, Lo mendengar suara pintu balkon kabin 10 yang digeser membuka secara perlahan lalu suara seperti ceburan benda berat. Setiap kabin dibatasi oleh kaca es yang tebal dan buram pada bagian balkon. Saat Lo keluar menuju balkon kabinnya, ia melihat ada noda merah seperti darah yang tercoreng di kaca tersebut. Lo panik begitu menyadari bahwa mungkin saja "sang pembunuh" masih berada di sana. Ia dengan cepat kembali masuk ke dalam kabinnya, mengunci semua pintu dan menelpon pramugari kabin untuk melaporkan kejadian tersebut.

Setelah diperiksa, ternyata kabin 10 selama ini kosong dari awal. Tidak ada yang pernah terdaftar menempati kabin tersebut. Kabin tersebut tertata rapi seperti belum ada yang pernah singgah di sana. Lo banyak minum malam itu, membuat kru kapal tidak percaya dan hanya menganggapnya mabuk. Namun akhirnya, kru kapal pun bersedia membantu Lo mencari informasi.

Nihil, wanita di kabin 10 tersebut bukanlah seorang staff atau siapapun yang ada di dalam kapal. Sialnya lagi, maskara yang menjadi bukti satu-satunya bagi Lo hilang. Seseorang yang berusaha menyembunyikan kesaksian Lo pasti mencurinya. Pencarian Lo tentang apa yang sebenarnya ia saksikan malam itu menjadi sulit, tidak ada lagi yang percaya kepadanya. Ditambah degan riwayat penyakit mental dan ketergantungannya terhadap berbagai obat dan alkohol, Lo dianggap hanya berhalusinasi.

Lo memulai "penyelidikannya" secara mandiri, yang tentunya dihadapkan dengan berbagai rintangan. Lo jadi tidak mempercayai siapapun. Kru kapal, tamu-tamu lain, bahkan dirinya sendiri. Apakah benar seperti yang dikatakan orang-orang, ia hanya berhalusinasi? Apakah benar-benar ada pembunuhan malam itu? Siapa pembunuhnya? Kemana menghilangnya wanita di kabin 10 tersebut yang Lo yakini ada?

Pada akhirnya, Lo berhasil memecahkan kasus ini sekaligus mengungkap apa yang sebenarnya orang-orang "berkelas" ini sembunyikan dibalik kehidupan mewah mereka.

Kelebihan 

Buku ini menyajikan cerita yang menarik dengan gaya penulisan mumpuni. Setiap kejadian dan suasana yang ada digambarkan secara detail sehingga pembaca dapat merasa seakan berada pada adegan-adegan yang disajikan di dalam buku. Suasana "mencekam" juga turut dihadirkan dalam ilustrasi pada setiap judul/awal bab yang sederhana, namun mewakili tema cerita yang diangkat. Penulis juga membuat penasaran pembaca melalui alur cerita intens yang dibawakan. Cerita yang ada juga sebenarnya cukup realistis sehingga mudah dicerna.

Kekurangan 

Meskipun memiliki cerita yang sebetulnya menarik, menurut saya alur ceritanya terkesan lambat. Alur cerita lambat seperti ini memang bisa membuat nyaman sebagian pembaca, sehingga cerita menjadi mudah dimengerti. Namun, pembaca juga kemungkinan akan cepat merasa bosan. Selain itu, jujur saya cukup kesal dengan watak karakter utama yang labil, sangat rapuh, serta tidak bisa bergerak cepat mengambil kesimpulan. Meski begitu, saya akui kalau watak karakter tersebut cukup pas untuk tema cerita yang diangkat. Terakhir, menurut saya ada beberapa bagian cerita yang seharusnya tidak perlu ditulis. Beberapa bagian cerita tersebut tidak berpengaruh besar terhadap keseluruhan kisah dan terkesan hanya dibuat untuk mengulur jalannya cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun