Pada tahun 2019 hingga 2022 Pandemi Covid-19 melanda seluruh penjuru dunia dan membawa dampak yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan. Bukan hanya mempengaruhi kesehatan fisik dan ekonomi, namun juga berdampak pada perkembangan sosial dan mental berbagai kelompok usia yang mana salah satu kelompok yang mengalami dampak paling unik yaitu Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, Karena berada dalam tahap kritis pertumbuhan, pandemi menyebabkan mereka melewatkan banyak momen penting yang biasanya dialami pada usia mereka. Fenomena ini menciptakan apa yang sering disebut sebagai "gap umur" --- kesenjangan dalam pengalaman hidup yang berdampak langsung pada kesehatan mental mereka.
"Gap umur" dalam konteks ini merujuk pada perbedaan perkembangan sosial dan emosional yang dialami Generasi Z selama pandemi. Mereka yang seharusnya berada dalam fase eksplorasi diri dan pengembangan sosial justru menghadapi isolasi dan keterbatasan. Banyak di antara mereka yang melewatkan pengalaman penting seperti kelulusan sekolah, perkuliahan pertama, atau bahkan sekadar berkumpul dengan teman sebayanya. Akibatnya, fase penting dalam hidup mereka yang biasanya memperkaya perkembangan emosional tertunda, sehingga menciptakan kesenjangan usia sosial dan mental.
Adanya "Gap Umur" yang dialami oleh Generasi Z ini menimbulkan pengaruh pada kesehatan mental akibat pengalaman terisolasi selama pandemi memberikan tekanan mental yang besar. Berikut beberapa pengaruh yang umumnya dialami :
- Kecemasan Sosial yang Meningkat
Setelah lama terisolasi, banyak anak muda yang merasa canggung untuk bersosialisasi kembali. Mereka yang dulu aktif di lingkungan sosial dan mengikuti berbagai kegiatan kini merasa cemas dan takut menghadapi interaksi sosial, bahkan dalam kelompok kecil sekalipun.
- Perasaan Kehilangan dan Frustrasi
Generasi Z merasa mereka telah "kehilangan waktu" yang tidak bisa dikembalikan. Kesempatan untuk menjalin pertemanan baru, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan membentuk pengalaman hidup jadi terhalang. Frustrasi dan rasa kehilangan ini, jika dibiarkan, dapat menyebabkan perasaan rendah diri dan kebingungan akan identitas.
- Perubahan Rutinitas dan Disiplin Diri
Selama pandemi, rutinitas sehari-hari mengalami perubahan besar. Bagi pelajar dan mahasiswa, belajar dari rumah mengurangi disiplin dan interaksi sosial yang membangun motivasi untuk belajar. Hal ini berakibat pada penurunan semangat dan produktivitas mereka.
Lalu bagaimana langkah yang dapat dilakukan oleh Generasi Z untuk bangkit dan menghadapi berbagai permasalahan tersebut?
Walaupun tantangan ini berat, Generasi Z memiliki kemampuan beradaptasi yang kuat. Ada beberapa langkah yang dapat membantu mereka mengatasi dampak pandemi dan memperkuat kesehatan mental mereka :
- Membangun Kembali Rutinitas
Mulailah dengan rutinitas harian sederhana, seperti tidur dan bangun pada waktu yang sama, atau membuat to-do list harian. Rutinitas sehari-hari dapat mengembalikan kebiasaan dalam kehidupan mereka dan membantu mengatasi perasaan kacau yang muncul selama pandemi.
- Berlatih Keterampilan Sosial Secara Bertahap
Generasi Z bisa memulai dengan langkah kecil seperti menghubungi teman-teman lama atau mengikuti aktivitas sosial secara bertahap, baik online maupun offline. Berlatih untuk berbicara di depan umum atau bergabung dalam kegiatan komunitas yang diminati juga bisa menjadi cara efektif untuk memulihkan kepercayaan diri.
- Mencari Bantuan Profesional
Jika perasaan cemas atau stres berkelanjutan, mencari bantuan dari psikolog atau konselor bisa sangat bermanfaat. Banyak layanan kesehatan mental saat ini yang memberikan konsultasi daring, sehingga lebih mudah dijangkau oleh anak muda.
- Terlibat dalam Komunitas