Dinamika pendidikan di Indonesia selalu menarik untuk dibahas. Terlebih lagi ketika digabungkan dengan pesatnya kemajuan zaman. Secara tidak langsung kemajuan tersebut menuntut sistem pendidikan untuk ikut mengimbangi perubahan teknologi yang ada. Akses pendidikan suatu negara akan berdampak pada bagaimana mutu serta kualitas pendidikan negara itu sendiri. Keberhasilan pemerataan akses pendidikan di Indonesia melibatkan berbagai faktor, seperti sarana dan prasarana, kurikulum, dan metode pengajaran yang digunakan. Realitanya, beberapa faktor tersebut belum terealisasi secara maksimal. Dari sejak dulu hingga saat ini pemerintah selalu mengusahakan pemerataan akses pendidikan berkualitas di Indonesia. Yang saya ketahui salah satu upayanya adalah metode pembelajaran menggunakan Internet, namun saya kurang setuju dengan hal tersebut karena masih banyak daerah-daerah yang belum terjangkau Internet sehingga upaya pemerataan tersebut justru berbalik semakin tidak merata pendidikan berkualitas di Indonesia. Hal tersebut sangat disayangkan sebab sarana dan prasarana masih sangat tidak merata antara sekolah satu dengan yang lain. Jangankan berbeda daerah, satu daerah berbeda sekolah saja fasilitasnya bisa sangat terlihat ketimpangannya. Pendidikan berkualitas di Indonesia adalah aspirasi dan tanggung jawab bersama dalam membangun generasi yang unggul, maju dan berdaya saing. Namun, upaya pemerataan akses pendidikan berkualitas masih belum bisa lepas dari tantangan dan pandangan kontra yang perlu diakui adanya. Meskipun tujuan ini memiliki tujuan mulia, tetapi pada beberapa aspek kritis perlu diperhatikan supaya pemerataan akses pendidikan berkualitas dapat diwujudkan dengan lebih efektif dan adil. Salah satu tantangan besar pada pemerataan akses pendidikan berkualitas di Indonesia adalah kesenjangan sumber daya dan infrastruktur antar daerah. Meskipun banyak cara telah dilakukan untuk membangun pemerataan fasilitas pendidikan di antar daerah, masih banyak ketidaksetaraan dalam hal sarana dan prasarana pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan pengalaman belajar antar siswa yang berbeda-beda di berbagai wilayah, sehingga merugikan para siswa yang sarana dan prasarananya kurang mumpuni. Faktor lainnya yang memengaruhi adalah masih banyak guru yang belum mampu menggunakan teknologi dan melakukan pengajaran berdasarkan kurikulum zaman sekarang. Tidak jarang juga guru yang tidak mau belajar dengan alasan sudah tua sehingga tidak lagi butuh belajar teknologi dan mengikuti perkembangan zaman. Masih banyak dari mereka yang menyuruh siswanya untuk belajar sendiri, padahal tugas guru adalah mengajar para siswa. Pandangan kontra pada pemerataan akses pendidikan berkualitas juga meliputi perdebatan seputar kurikulum yang dipakai di sekolah-sekolah. Beberapa kalangan berpendapat jika kurikulum nasional tidak selalu sesuai dengan kebutuhan lokal dan perkembangan global. Ketidaksesuaian kurikulum tersebut dapat menyebabkan siswa tidak mendapatkan pendidikan yang dibutuhkan pada masing-masing daerahnya karena harus disama ratakan sedangkan realitanya tidak semua daerah sama. Pendidikan tidak hanya mampu menciptakan generasi muda sebagai penerus agent of change yang membawa revolusi, namun generasi muda juga harus bisa menjadi agent of producer yang bisa menciptakan perubahan yang nyata dan terealisasi.
Pendidikan harus bisa menjadi penyokong bukan hanya dalam hal pendidikan formal tapi yang diharapkan adalah pendidikan yang mampu mengubah alur serta pola pikir anak bangsa menjadi pendidikan inovatif sehingga mendorong kreativitas dan daya guna anak bangsa. Generasi muda siswa sebagai agen revolusi inovasi yang dapat memberikan kontribusi penting dan signifikan untuk menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan yang aplikatif. Maka, sesuai dengan hal-hal diatas, tujuan pemerataan akses pendidikan pun akan menjadi tumpuan upaya pemerintah untuk menyokong pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan pada era Sustainable Development Goals (SDGs) hingga 2030. Peningkatan pendidikan di masyarakat Indonesia akan mendorong pencapaian pada tujuan dan sasaran lainnya dalam 17 poin SDGs, terutama untuk menaikkan indeks pembangunan manusia Indonesia.Â
Tambahan tag #Ksatria16Garuda15 #resonansiksatriaairlangga #manifestasispesial #GuratanTintaMenggerakkanBangsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H