Mohon tunggu...
Intan Kumalasari
Intan Kumalasari Mohon Tunggu... -

Intan Kumalasari Wardani\r\nPsikologi (B)\r\n14410071

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dunia Tanpa Hati

20 September 2014   23:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:06 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dewasa ini Iptek mengalami kemajuan pesat,banyak para ahli yang berlomba-lomba membuat inovasi baru, keadaan ini juga pasti akan membawa dampak sosial bagi setiap individu. individu pun dituntut untuk mampu beradaptasi dengan keadaan,baik SDA dan SDM suatu negara harus memiliki kualitas baik,memiliki daya saing tinggi, sudahkah Indonesia memenuhi kriteria tersebut? Silam Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan rempah-rempah, hingga mampu menarik beberapa negara untuk bekerjasama. Tapi karena kebodohan bangsa pada saat itu dimanfaatkan oleh beberapa negara untuk menguasainya, kurangnya pengetahuan menjadi sebab utama pada saat itu, yang pada akhirnya hak dan kewajiban merekapun dirampas begitu saja.

3,5 Abad berlalu Indonesia mengalami keterpurukan yang hampir tiada akhir, hingga tibalah puncak gema kemarahan mereka, mulailah bermunculan para pemuda bangsa yang sadar akan haknya yang terampas. Mulaimengangkat tangannya dengan kepalan tegas, berjanji akan kemerdekaan negaranya, berkorban nyawa demi kehidupan masa depan negaranya,berharap ada cahaya Tuhan yang mampu menembus kegelapan hari-harinya. Begitu besarnya perjuangan para merpati merah bangsa. Berpuluh-puluh tahun menghirup udara neraka dalam negeri nya sendiri. Rintihan hujan kesedihan membanjiri ketidakberdayaan hingga saatnya tiba, merdekalah tujuan hidup mereka.

Sekilas cerita masa silam negeri ini,mengisyaratkan akan lemahnya pengetahuan bangsa saat itu, lalu sudah berakhirkah ketiakadilan ini? Tidak seindah dengan apa yang diharapkan para pejuang bangsa. Ketidakadilan masih berlaku hingga detik ini,tidak perlu meneropong jauh, cukup berdiri dan melihat ketidakadilan jelas di depan mata. Perusakan tali kesatuan oleh bangsa sendiri,pemberian kedudukan yang mampu merubah pribadi seorang pejuang agama menjadi pribadi pejuang ketamakan,merubah pribadi pejuang ilmu menjadi pribadi penghaus uang, melontarkan kalimat Allah dalam setiap gema suaranya tapi membawa api dalam hatinya. Kedudukan yang melunturkan rasa kebangsaanya,menaruhkan kehidupan masyarakat demi kepuasan dunianya,dengan mudahnya bangsa di kelabuhi,mereka yang tidak memiliki wawasan luas akan pengetahuan hanya berserah diri akan hidupnya,serta sebagian mereka yang mampu melawan ketidakadilan ikut terperosok jurang kemunafikan.

Badai airmata menyapu seluruh sela-sela di negara ini,penjajahan oleh anak negeri sendiri menjadi tren untuk diperebutkan. Hingga yang kaya pun semakin kaya begitu pula sebaliknya yang miskin semakin menangis akan ketidakberuntungannya. Bendera kemerdekaan bangsa harus dikibarkan lagi, lewat jalan yang sebenarnya mampu dilakukan seluruh penghuni tanah air ini. Yaitu berawal dari Pendidikan,yang memang banyak di ketahui khayalak ramai bahwa begitu lemahnya pendidikan di Indonesia, banyak daerah-daerah pelosok yang sama sekali belum terjamah oleh pendidikan yang seharusnya berhak bagi mereka untuk mendapatkannya.

Pemerintah selayaknya juga memperjuangkan hak-hak mereka, tidak hanya menguras kantong untuk membangun gedung-gedung pencakar langit,tapi perjuangkan hak anak-anak bangsa yang haus akan keadilan,haus akan pengetahuan, berpedoman bahwa anak-anak negeri ini harus memiliki wawasan yang tinggi untuk bekal kelak. Karena dunia yang menjadi pijakan kaki anak bangsa bukan dunia yang selalu memberikan kenikmatan,tp juga dunia yang akan membawa kehancuran bagi mereka yang tidak tahu harus melakukan apa untuk hidup di dalam dunianya sendiri. Seorang anak bangsa selayaknya harus mampu berdiri sendiri dulu untuk bertahan memperjuangkan hidupnya dan negaranya,serta mampu menjawab problematika pada zamannya kelak, Agar tidak adanya istilah pelaku dan korban pembodohan,agar semangat masa silam mampu membangunkan jiwa-jiwa bangsa untuk saling berpegangan tangan menatap masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun