Mohon tunggu...
Intan EngjelaSondang
Intan EngjelaSondang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ukrida

Mahasiswa Universitas Kristen Krida Wacana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama

9 November 2021   20:45 Diperbarui: 9 November 2021   21:06 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan karakter telah menjadi isu yang signifikan dalam ranah pengajaran akhir-akhir ini, hal ini ditandai dengan kekhasan kemaksiatan moral yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan dalam iklim otoritas publik yang semakin meluas dan beragam. Kekeliruan, pengkhianatan, pencemaran nama baik, kekejaman terhadap anak, pelanggaran kebebasan umum, adalah bukti bahwa telah terjadi keadaan darurat kepribadian dan kualitas di negara Indonesia.

Kehormatan, keramahan, dan legalisme yang dipertahankan dan menjadi cara hidup negara Indonesia saat ini tampaknya tidak asing dan kadang-kadang ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Kondisi ini akan menjadi jauh lebih mengerikan jika otoritas publik tidak segera mencari program pembangunan, baik jangka panjang maupun saat ini.

Pelatihan karakter merupakan respon yang tepat terhadap isu-isu yang disebutkan di atas dan sekolah sebagai pemasok pengajaran diandalkan untuk menjadi tempat yang dapat memahami misi pengajaran karakter.

Salah satu pilihan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran karakter di sekolah adalah meningkatkan pembelajaran materi PAI. Tugas pembinaan ketat, khususnya ajaran ketat Islam, sangat penting dalam memahami penataan karakter siswa. Strict schooling adalah metode untuk mengubah informasi dalam perspektif yang ketat (sudut pandang intelektual), sebagai metode untuk mengubah standar dan kebajikan menjadi mentalitas struktur (sudut emosional), yang berperan dalam mengendalikan perilaku (perspektif psikomotor) untuk membuat karakter manusia seutuhnya.

Pendidikan Islam yang ketat diharapkan dapat menciptakan manusia yang senantiasa berusaha mewujudkan keimanan, ketaqwaan, dan pribadi yang mulia, manusia yang bermartabat mengandung akhlak, budi pekerti, atau etika sebagai enkapsulasi persekolahan. Orang-orang seperti itu diandalkan untuk menjadi tangguh dalam menghadapi kesulitan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam asosiasi wilayah lokal baik di lingkungan, masyarakat, provinsi dan perluasan dunia.

Menanamkan karakter pada anak muda sejak awal berarti ikut serta dalam membentuk karakter bangsa, mereka adalah orang-orang masa depan negara yang diandalkan untuk memiliki pilihan memimpin negara dan menjadikan bangsa yang tercerahkan, menjaga kualitas yang terhormat. negara dengan pribadi dan karakter yang hebat dan menjadi era informasi. Selanjutnya, hiasi dirinya dengan percaya diri dan pengabdian. Oleh karena itu, pembelajaran PAI di sekolah sebagai upaya untuk membentuk karakter siswa menjadi sangat penting. Penataan kepribadian anak-anak akan lebih baik jika muncul dari perhatian yang ketat, bukan karena tergantung pada perilaku yang mapan di arena publik.

Tanda keberhasilan dalam pendidikan karakter adalah menganggap seseorang mengetahui sesuatu yang hebat (knowing the great) (intelektual), menghargai yang besar (adoring the great) (penuh perasaan), dan kemudian melakukan yang hebat (acting the great) (psikomotor).

Penggambaran di atas membangun pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak awal, karena pribadi seseorang muncul dari kecenderungan yang diulang-ulang cukup lama dan ada model dari lingkungan umum. Salah satu dari kecenderungan ini harus dimungkinkan dari kecenderungan perilaku ketat anak-anak dengan bantuan sekolah, lingkungan setempat dan iklim keluarga. Sementara itu, upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam meningkatkan pembelajaran PAI di sekolah antara lain:

1) diperlukan instruktur yang cakap dalam perasaan mampu dalam wawasannya, memiliki etika yang tinggi dan memiliki pilihan untuk menjadi contoh yang baik bagi siswanya,

2) pembelajaran tidak hanya dilakukan di ruang belajar namun ditambah dengan latihan ekstrakurikuler yang ketat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagai bagian dari pembelajaran,

3) mengharapkan siswa untuk melakukan doa-doa tertentu di sekolah dengan arahan pendidik (misalnya secara teratur melakukan permohonan zduhur dalam pertemuan) ,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun