Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Pribadi Pancasilais agar Tak Seperti Teroris

6 Maret 2016   12:34 Diperbarui: 6 Maret 2016   12:44 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi : www.donisetyawan.com"][/caption]Pancasila merupakan dasar negara negara kita, Indonesia. Lima sila yang terkandung didalamnya, berisi nilai-nilai luhur budaya Indonesia, yang sudah ada sejak nenek moyang. Pancasila dianggap sebagai ideologi bangsa, karena terbukti mampu mengarahkan para warga negaranya, agar lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mari kita bahas satu persatu, sila-sila pancasila.

Dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama ini menandakan bahwa, beragama dan mengakui Tuhan Yang Maha Esa adalah dasar dari segalanya. Segala anugerah yang ada dimuka bumi ini, merupakan pemberian dari Tuhan. Perilaku yang sesuai dengan sila ini diantaranya, Implementasi dari sila pertama ini, diantaranya percaya dan takwa kepada Tuhan, saling menghormati antar umat beragama. Sehingga kerukunan antar umat bisa terjaga. Dan yang tak kalah pentingnya adalah, menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah, dan tidak memaksakan suasatu agama kepada orang lain. Mari kita renungkan, masih adakah prilaku di masyarakat yang tidak sesuai dengan sila pertama?

Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Berinteraksi dengan sesama manusia, harus dengan cara yang adil dan beradab. Tidak boleh ada kebencian, tidak boleh ada perselisihan, apalagi kekerasan. Harus bersih dari segala hal yang berbau negatif. Jika pribadi kita masih ada kebencian dan kekerasan, berarti kita belum bisa mengimplementasikan sila kedua ini. Maka bersikaplah yang baik kepada orang tua, keluarga, teman, dan siapa saja. Bahkan, bersikap baiklah kepada semua makhluk di bumi ini, termasuk binatang dan tumbuhan. Jika masih ada perilaku yang semena-mena, apakah sudah sesuai dengan sila kedua?

Sila Persatuan Indonesia, menggambarkan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Jika kita bisa menghormati antar sesama, saling membantu dan tidak saling membenci, akan mewujudkan persatuan dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia. Berbeda-beda tetap tetap satu jua. Jika dalam keseharian, kita masih selalu mengedepankan kepentingan pribakap di dan mengesampingkan kepentingan umum, sepertinya harus kembali belajar filosofi tentang persatuan. Dalam persatuan, rela berkorban demi kepentingan masyarakat adalah yang utama.

Sila keempat, mengajarkan kita untuk mengedepankan musyawarah dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Rela mengalah demi kepentingan bersama. Nah, jika kita masih menemukan ada pribadi yang suka memaksakan kehendak, dalam sebuah forum selalu ingin menang sendiri, atau tidak mau menerima masukan dari orang lain, tipikal orang semacam ini yang tidak sesuai dengan sila keempat. Dalam sila kelima, kita diajarkan untuk terus melakukan perilaku yang kekeluargaan dan gotong royong, adil, dan menghormati hak orang lain, serta tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan orang lain. Semua ini penting untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lalu, apakah prilaku pancasilais bisa menang perilaku yang rakilis seperti kelompok teroris? Dalam nilai-nilai Pancasila yang kita bahas tadi, penguatan pemahaman agama dan nasionalisme. Kedua hal inilah, agama dan nasionalisme yang seringkali diputarbalikkan oleh kempok teroris. Pemahaman agama yang dangkal, telah menyesatkan setiap perbuatannya. Bagaimana mungkin, hanya karena berbeda keyakinan langsung dianggap kafir, dan harus diperangi. Bagaimana mungkin, teror bom yang bisa menghilangkan nyawa itu masuk kategori jihad di jalan Allah? Dan bagaimana mungkin dakwah yang bernada kebencian itu, bagian dari upaya untuk meluruskan yang salah? Ujung-ujungnya, karena masih adanya ketidakadilan, mereka ingin mendirikan negara sendiri.

Kalau sudah begini, ada motif apa ini? satu sisi ada motif ingin mengembalikan ke jalan Allah, satu sisi ada motif ingin mendirikan negara. Lalu kenapa selama ini mereka selalu mempersoalkan agama dan nasionalisme, yang selama ini melekat dalam sejarah perjuangan bangsa? Semoga ulasan ini bisa menjadi renungan bersama. Bahwa menjadi pribadi yang pancasilais, mampu meredam dan menghindarkan diri pemahaman radikalis keagamaan seperti yang dilakukan para teroris itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun