Seminggu lalu, kita umat Islam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Peringatan kelahiran Nabi itu memang sangat ditunggu oleh umat di beberapa daerah karena peringatannya yang meriah dan khas.
Coba kita lihat Grebeg Maulud yang dirayakan di Solo dan Yogyakarta. Daerah seperti Madura, perayaan Maulid seperti perayaan Idul Fitri yang membuat para diaspora bersuku madura pulang ke pulau itu. Di Sampang malah ada tradisi ketupat yang mirip saat idul Fitri. Begitu juga di banyak daerah, perayaan Maulid berlangsung meriah.
Perayaan Maulid Nabi sejatinya adalah ucapan syukur atas kelahiran Nabi SAW di dunia. Dan tidak perlu mengkaitkannya dengan berbagai tuduhan seperti mencemari akidah dll. Peringatan Maulid Nabi selalu mengingatkan diri kita pada kebaikan dan rasa kemanusiaan yang diteladankan Nabi Muhamad SAW. Beliau adalah teladan dalam dalam berbicara dan bersikap dan beliau memang layak jadi contoh dalam kebaikan dan kemanusiaan.
Pada hadits tentang permulaan turunnya wahyu pertama di gua Hira'. Nabi Muhammad SAW pulang menemui istrinya Khadijah binti Khuwailid dan minta diberi selimut. Setelah badanya hangat dan rasa dingin karena ketakutan hilang, Nabi Muhammad mulai tenang dan mulai bercerita tentang apa yang telah dialaminya di gua Hira menerima wahyu pertama.
Saat bercerita, Sang Nabi tidak bisa menyembunyikan pengalamannya di gua itu dan mengaku pada istrinya bahwa dia ketakutan. Mendengar itu semua, Khadijah menjawab, "Tidak, sekali-kali tidak, demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau selamanya, karena engkau penyambung silaturahmi, membantu yang memerlukan, meringankan orang yang tidak berpunya, memuliakan tamu, dan menolong untuk kebenaran."
Dialog antara Khadijah dan Nabi menunjukkan bahwa Nabi Muhammad punya hubungan baik  oleh lingkungan sekitar, juga dikenal punya rasa kemanusiaan yang tinggi oleh masyarakat Quraisy sejak lama bahkan sebelum diangkat sebagai utusan Allah.
Maulid hakekatnya adalah memuliakan kemanusiaan Sang Nabi Muhammad dengan membina hubungan baik dengan pihak lain, suka menolong untuk kebenaran, memuliakan tamu, dan membantu yang memerlukan. Istilah kata Nabi sudah melakukan kebaikan tak terbatas kepada keluarga dan masyarakt sekitarnya. Itulah yang harus kita teladani bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H