Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Kembalikan Wajah Islam Seperti Semula

22 Maret 2024   20:25 Diperbarui: 22 Maret 2024   20:30 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tragedy black September pada tahun 2001, dimana dua pesawat yang diduga telah di sabotase oleh beberapa orang dan menabrakkan pesawat mereka di Menara kembar WTC New York, dunia menjadi gempar. Ribuan orang menjadi korban, baik korban nyawa maupun luka-luka. Tragedi terbesar dalam Sejarah terorisme dunia itu menyebabkan kepedihan mendalam bagi masyarakat global.

Reaksi atas peristiwa itu kemudian muncul gelombang gerakan anti islam yang disebut islamfobia. Gerakan itu ada sampai sekarang. Sesaat setelah black September terjadi. Amerika Serikat (AS) sebagai negara tempat terjadinya serangan itu memperketat kedatangan imigran atau turis yang masuk ke AS. Tak hanya tas yang dilihat dan digeledah, tapi juga badan, dan alas kaki. Bahkan bagi laki-laki lebih ketat karena pakaian bagian dalam juga turut diperiksa.

Islamfobia melanda pada sebagian keluarga korban 9/11 yang merasa traumatic. Bahkan sebagian besar warga AS yang tidak punya hubungan apa-apa dengan korban merasakan kesedihan mendalam.  Peristiwa black September mengguncang jiwa mereka. Hal ini juga terjadi di beberapa tempat semisal di Eropa dan beberapa negara dimana islam adalah minoritas.

Mulai ada warga di negara-negara itu yang mulai membenci umat muslim atas teror yang terjadi yang mengatas namakan agama. Di beberapa kawasan , umat muslim selalu dicurigai dan diberi perlakukan berlebihan (cenderung negatif / diskriminatif.) Di beberapa negara malah dianiaya seperti di Myanmar sampai mereka mengungsi  di keluar negeri termasuk Indonesia.

Padahal agama Islam bukan agama yang mengajarkan kekerasan. Ada beberapa pihak yang suka memenggal-menggal ayat , menghilangkan konteknya dan akhirnya hanya pahan teks-teksnya yang kadang kauh dari konteksnya. Ini yang sering diikuti oleh beberapa pihak sehingfga seperti Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan dan teror.

Di sini titik dimana kadang wajah muslim menjadi buruk dan islamfobia mendapat termpat dikalangan non muslim.

Puasa ini bisa menjadi momentum pas untuk mengubah wajah Islam di dunia dimulai dari kita. Esensi berpuasa adalah menahan diri dari hawa nafsu. Puasa mendidik umat Islam menjadi pribadi penebar rahmat yang memberikan dampak citra Islam yang santun, cinta kasih dan perdamaian. Munculnya islamofobia tidak bisa dilepaskan dari stereotipe 'Islam agama kekerasan' yang dipratekkan oleh oknum umat Islam dalam membajak ajaran-ajaran Islam.

Ayo kita perbaiki bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun