Di Indonesia, ada beberapa keluarga yang dianggap sebagai anak keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Beberapa diantara keturunan itu memakai gelar Habib di depan namanya, semisal Habi Riezieq Shihab, Habib Hanif Al Athos, Habib Bahar Smith, Habib Ahmad Alhabsyi, Habib Novel Alaydrus, Habib Lutfhi bin Yahya, Habib Hasan bin Jafar Assegaf, dan lain sebagainya.
Namun banyak juga yang anak cucu Nabi di Indonesia (zuriyat Nabi) yang tidak menyematkan gelar itu di depan namanya. Kita bisa melihat beberapa nama fam seperti Alatas, Alhadad, alqadri, Alhabsy dan lain-lain.
Di antara para zuriyat Nabi ini ada yang mengambil jalur professional sebagai pekerjaan seperti diplomat, peneliti, pengusaha, maupun penyebar agama Islam seperti yang dilakukan oleh Nabi pada masa dulu.
Namun sayangnya, pekerjaan penyebar agama dan menyandang Habib tidak membuat beberapa zuriyat benar-benar mencerminkan keturunan Nabi Muhammad. Bahkan dalam perkembangannya, meski beberapa dari mereka mengklaim menyebarkan agama Islam di Nusantara, namun pada kenyataannya ada yang melibatkan diri dengan politik dalam penyebaran agamanya. Sehinnga kita bisa bayangkan bagaimana penyebaran itu berlangsung secara tidak murni dan dikotori oleh kepentingan kekuasaan sesaat atau demi uang.
Kita bisa melihat bagaimana seorang Habib sering berceramah dengan membawa kepentingan seseorang yang akan maju dalam kontestasi pemilu atau pilkada. Bahkan di masa lalu, Habib dan pengikutnya sering melakukan sweeping yang berisikan kekerasan dan perusakan pada beberapa reasto yang mereka anggap menentang kebiasaan muslim (seperti membuka warung atau resto pada siang hari  pada bulan puasa). Dan beberapa tindakan yang secara terang-terangan berlawanan dengan kisah teladan sang Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam di tengah-tengah kaum kafir yang belum memeluk Islam.
Kita melihat riwayat berdakwah Nabi Muhammad SAW dapat dibagi dalam dua bagian yaitu sebelum hijrah (ke Makkah) dan setelah hijrah. Pada masa sebelum hijrah Nabi menampakan seluruh sifat kebaikan seperti yang ada dalam ajaran Islam. Meskipun mendapat perlakuan kasar, menerima rasa benci dan mengingkari, namun Nabi membalasnya dengan kebaikan.
Sedangkan fase setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah mengajarkan metode dakwah yang sangat luar biasa. Pertama, mengucapkan salam setiap bertemu dengan sesama. Kedua, memberi makan dan ketiga yaitu melakukan shalat malam dikala orang lain tertidur lelap.
Karena itu, alangkah baiknya kita meneladani sikap-sikap Nabi Muhammad dalam penyebaran agama. Begitu juga kita harus selektif dalam menerima dakwah pihak-pihak yang dianggap sebagai anak cucu keturunan Nabi Muhammad SAW.
Jangan sampai percaya pada ulama yang selalu memprovokasi dan melakukan hal negative lainnya. Sebaliknya sebagai umat kita harus menghiasi kebaikan dalam segala hal, termasuk hubungan sosial kita dengan kaum yang berkeyakinan berbeda.
Dengan begitukita sudah meneladani sikap Nabi Muhammad SAW.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H