Selama beberapa waktu ini kita dikejutkan oleh beberapa aksi tawuran pelajar yang viral di media sosial. Pelajar yang ada yang masih memakai seragam sekolah itu menantang seorang rekan sekolahnya dan duel antar mereka direkam oleh salah satu temannya. Perkelahian dua anak sekolah dasar ini berasal dari wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Dalam keterangan yang disebarkan oleh media massa disebutkan bahwa pihak pengeola pendidikan memang harus lebih cermat dalam mendidik anak-anak didiknya. Karena bagaimanapun sebagian dari waktu mereka merupakan tanggungjawab dari guru sebagai pendidik dari murid tersebut.
Belum selesai dengan video yang viral pada tahun lalu itu, muncul video yang berisi seorang murid yang berlaku agresif kepada gurunya dengan menantangnya berkelahi dengan guru tersebut. Video yang kembali viral pada penikmat media sosial itu setidaknya membuat kita tersentak dan membuat kita prihatin. Bahwa anak-anak yang masih kanak-kanakpun beranu dalam menantang gurunya itu
Padahal selama ini kita tahu bersama ada adgium yang berbunyi, guru itu digugu dan ditiru. Guru itu layakuntuk didengarkan dan ditu=iru perbuatannya. Tentu saja kita tidak pernah berfikir bahwa para guru itu mengajarkan perilaku aggressive kepada anak didiknya.
Yang mereka ajarkan tentu saja budi pekerti, nilai-nilai kemanusiaan. NIlai-nilai persatuan bangsa, perjuangan dan kebijaksanaan. Selain juga ilmu-ilmu berbagai bidang yang harus mereka pelajari bersama. Mulai dari pelajaran bahasa Indonesia, matematika, kesenian dan lain-lain yang mereka pelajari itu.
Karena itu bagi kita sebagai orang tua yang mungkin kebetulans eorang guru. Menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga mereka bersama dari pengaruh negative yang menyertai mereka.Â
Karena bagaimanapun, sebagian waktu mereka berada di dalam sekolah. Dan sebagian dari video itu memperlihatkan anak-anak itu masih memakai baju seragam sekolah bahkan masih dalam lingkup sekolah.
Karena itu mungkin kita harus lebih intensif lagi dalam memberikan bekal pengetahuan tentang budi pekerti dan nilai-nilai kesantunan. Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.Â
Mereka juga harus diberi bekal  (tentu dalam bahasa sederhana) tentang bagaimana mengelola perilaku dan hasrat agresif sehingga menentang bahkan mengajak anak lain bahkan guru tidak dilakukan lagi.
Mungkin diperlukan kerjasama dari banyak pihak. MUlai dari guru di sekolah sampai orang tua, untuk bersama-sama membangun dan membentuk karakter anak dengan sebaik-baiknya. Dengan membangun karakter baik, maka bisa dipastikan masa depan bangsa dan Negara kita yang gilang gemilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H