Keberadaan berita bohong di Indonesia memang sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Berita bohong yang disebarkan melalui media sosial itu, telah membuat banyak orang manjadi korban.Â
Kerukunan antar umat beragama terancam terganggu, hanya karena keramahan masyarakat terprovokasi oleh sentiment SARA. Berbagai kabar bohong dikeluarkan, agar kepercayaan masyarakat ke pemerintah memudar. Dan karena memudarnya kepercayaan itulah, berpotensi dibelokkan ke kepentingan politik, untuk memilih paslon ini dan jangan memilih paslon yang itu.
Politisasi di media sosial melalui hoax dan provokasi ini memang mengerikan. Tidak sedikit para pihak memanfaatkan jasa buzzer, untuk menciptakan negative campaign bahkan black campaign. Semunya itu dilakukan hanya untuk memenangkan salah satu pasangan calon. Bayangkan betapa ruginya kita, jika hal ini terjadi. Semua orang saling bertikai, saling mencaci, dan saling membenci hanya karena berbeda pilihan politik. Ingat, bukankah Indonesia adalah negara yang demokratis, yang menghargai perbedaan?
Karena itulah jangan mudah terhasut oleh provokasi yang berisi sentimen SARA. Indonesia adalah negara besar yang mempunyai banyak suku, dengan budaya, bahasa dan kepercayaan yang berbeda. Karena itu jangan saling bertikai hanya karena perbedaan yang sudah ada sejak dulu.Â
Agar tidak menjadi korban provokasi, bekalilah diri Anda dengan informasi yang benar serta pemahaman agama yang benar. Karena saat ini banyak sekali kelompok yang selalu membawa nilai-nilai agama, tapi tidak bisa menempatkan konteksnya. Akibatnya, segala sesuatnya dimaknai secara sempit, yang berpotensi bisa berbenturan dengan dinamika kehidupan yang terus berkembang. Dan kondisi inilah yang akan terus memunculkan kekhawatiran publik.
Di tahun politik ini, segala sesuatnya bisa terjadi agar pasangan calon yang diusung bisa menang duduk di kursi kekuasaan. Perlu komitmen semua pihak, untuk menjaga pilpres dan pileg yang akan dilakukan pada April 2019 ini berjalan dengan lancar, tanpa harus ada kekhawatiran terjadinya konflik ataupun kekacauan.Â
Mari kita belajar dari pilkada DKI Jakarta yang nyaris membuat masyarakat terbelah, hanya karena masifnya ujaran kebencian di media sosial. Mari kita belajar dari peristiwa pembakaran tempat ibadah di Tanjungbalai, Sumatera Utara, hanya karena terprovokasi sebuah informasi di di media sosial.
Saat ini, banyak cara yang bisa dilakukan untuk memastikan informasi tersebut valid atau tidak. Perkuat literasi media dan cek riceklah setiap informasi yang ada. Bandingkan informasi di setiap situs dengan media mainstream. Jika masih ragu, konfirmasikanlah kepada pihak-pihak yang memang mengerti. Dengan melakukan hal ini, kita bisa mengetahui mana informasi hoax dan mana informasi yang valid. Dengan mendapatkan informasi yang utuh, tentu tidak akan mudah bagi siapapun untuk mempengaruhi kita.
Selain memproteksi diri dengan literasi, kita juga harus memberikan kontribusi bagi negeri ini. Pesan kebencian yang sudah terlanjur menyebar, informasi bohong yang sudah terlanjur menyebar harus diminimalisir.Â
Pemerintah dan para pihak terkait, mempunyai tugas untuk melakukan proteksi. Namun bagi kita masyarakat biasa, juga mempunyai tugas untuk saling mengingatkan, saling menebar pesan damai dan informasi yang memberikan pengaruh positif. Bijaklah bermedia sosial, maka negeri ini akan damai. Stop provokasi dan hate speech, agar kerukunan di negeri ini tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H