Bagi umat muslim, Ramadan adalah salah satu bulan yang sangat dinanti. Di bulan ini, berbagai keberkahan dan pahala akan dilipatgandakan bagi umat muslim yang berlomba melakukan kebaikan. Tidak hanya meningkatkan ibadah, Ramadan juga dijadikan sebagai momentum untuk memperbaiki segala ucapan dan perilakunya. Dan dalam Ramadan, banyak orang saling berbagi antar sesama. Ada yang memberikan sedekah dalam bentuk uang, makanan, jasa ataupun yang lainnya. Semangat saling berbagi ini merupakan bentuk saling peduli dan saling membantu antar sesama. Semangat inilah yang semestinya terus dipupuk oleh seluruh umat muslim yang ada di Indonesia.
Membangun solidaritas dan kepedulian antar sesama sangat diperlukan Indonesia, karena negara ini mempunyai tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Konsekwensi dari keberagaman itu, memicu terjadinya banyak perbedaan.Â
Dan jika perbedaan ini tidak bisa dirawat dan dimaknai sebagai anugerah, hal itu bisa memicu terjadinya konflik. Dan Indonesia sudah punya pengalaman buruk tentang hal itu. Ketika provokasari SARA terus dibiarkan berkembang di masyarakat, ketika ujaran kebencian dibiarkan berkembang di dunia maya, konflik di tingkat masyarakat pecah dan tak bisa dihindari.
Karena tingkat keberagaman di Indonesia sangat tinggi, diperlukan semangat yang sama diantara masyarakat. Bahwa sama-sama manusia harus saling menghargai dan tolong menolong. Boleh suku, budaya, agama dan bahasa saling berbeda satu dengan yang lain, namun karena kita manusia yang diberi akal dan perasaan, sudah semestinya bisa saling memanusiakan manusia.Â
Tuhan saja menyarankan agar antar manusia saling mengenal satu dengan yang lain. Kenapa? Karena Tuhan menciptakan manusia saling berbeda satu dengan yang lain. Jika manusia saling mengenal, diharapkan juga bisa mengerti bagaimana suku, budaya, dan agama manusia yang lain. Mengerti disini dimaksudkan bukan harus mempelajari agama atau budaya orang lain, tapi mengerti disini dimaksudkan agar kita bisa saling menghormati dan membangun kerukunan antar sesama.
JIka selama ini kita tumbuh menjadi pribadi yang egois, yang tidak mau mengerti dan merasa benar sendiri, saatnya untuk segera melakukan introspeksi. Jadikan Ramadan sebagai momentum untuk berubah ke arah yang lebih baik. Jadikan bulan suci ini sebagai momentum untuk memperbaiki setiap ucapan dan perilaku. Ingat, puasa merupakan bulan pengendalian diri. Percuma kita puasa jika masih menebar kebencian. Percuma kita puasa jika masih sering menebar teror dan ketakutan bagi orang lain.
Ramadan merupakan bulan tempaan bagi umat muslim. Jika puasa selama satu bulan ini kita tetap menjadi pribadi pembenci, pribadi yang suka menebar kebencian dan teror, maka kita akan menjadi pribadi yang merugi. Kenapa? Karena kita menghilangkan kesempatan yang telah diberikan Allah kepada seluruh umat muslim, untuk mendapatkan keberkahan.Â
Dan bagi yang memanfaatkan bulan Ramadan sebagai ajang introspeksi diri dan berlomba berbuat kebaikan, harus bisa mempertahankan sampai hari-hari atau bulan berikutnya. Karena berlomba berbuat kebaikan semestinya tidak hanya dilakukan di bulan Ramadan saja, tapi juga diteruskan dalam kehidupan sehari-hari lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H