Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersihkan Media Sosial dari Ujaran Kebencian

18 November 2017   07:27 Diperbarui: 18 November 2017   08:56 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial merupakan tempat yang paling banyak digemari anak muda saat ini. Di tempat inilah, mereka tidak hanya saling berinteraksi dan bertukar pikiran, tapi juga merupakan tempat untuk mencari segala hal yang mereka inginkan. Bahkan, segala aktifitas yang selama ini banyak dilakukan di dunia nyata, mulai beralih ke dunia maya. Misalnya, aktifitas jual beli secara online saat ini mulai marak. Bahkan, masyarakat saat ini justru lebih nyaman belanja secara online dibanding offline. Tidak hanya itu, berbagai sistem pembayaran, juga mulai banyak dilakukan secara online.

Apa yang ditawarkan dalam media online ini juga didukung dengan semakin canggihnya teknologi. Hanya melalui smartphone, kita bisa mengakses apa saja, mengupload dan menyebarkan materi apapun. Tak heran jika aktifitas berselencar di dunia maya saat ini, menjadi aktifitas yang sangat menyenangkan. Karena bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sayangnya, kemudahan dalam mengakses informasi ini, sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda radikalisme. Bahkan, tidak sedikit informasi yang disebarkan disusupkan sentimen SARA.

Ironisnya, meski informasi hoax masif menyebar, tidak sedikit dari masyarakat yang termakan isu hoax. Menurut catatan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2016 misalnya, dari 132,7 juta masyarakat Indonesia yang mengakses internet, 91,80 persen diantaranya terpapar informasi hoax. Fakta ini menunjukkan, masyarakat kita saat ini masih mudah digiring dan diprovokasi oleh informasi yang menyesatkan. Provokasi ini tidak bisa dipisahkan dari meningkatnya praktik saling membenci, saling bully hingga saling mengadu domba di media sosial. Hal ini juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat literasi di masyarakat. Terlebih jika informasi itu dibumbui sentimen SARA, orang akan mudah percaya.

Lalu, sampai kapan penyebaran hoax ini terus terjadi? Dan sampai kapan pula masyarakat kita akan mudah terprovokasi? Mari kita saling mencerdaskan diri dan mengendalikan diri, untuk tidak menyebarkan informasi yang mengandung kebencian. Tuhan menganjurkan kepada semua umat manusia untuk saling menyayangi. Agama apapun di Indonesia, juga tidak ada satupun yang mengajarkan untuk saling membenci. Bahkan, budaya dari berbagai suku di Indonesia pun, juga tidak ada yang mengedepankan kebencian dan kekerasan.

Lalu, kenapa masih ada yang memilih jalur kebencian? Tentu saja ini menjadi tugas bersama, untuk meluruskan saudara-saudara kita yang mungkin salah arah. Kalau tidak, akan semakin banyak generasi muda kita menjadi korban kelompok radikal. Ingat, menurut pengakuan para pelaku teroris saat ini, mereka mengenal radikalisme dan belajar merakit bom dari internet. Ketika bibit radikalisme itu sudah dipupuk sejak dini, lalu ditambah informasi hoax bernuansa SARA, mereka akan mudah terpapar. Dan ketika sudah terpapar, akan selangkah lagi mendekatkan diri pada perilaku teror. Dan mayoritas pelaku teror saat ini, didominasi oleh generasi muda.

Karena itulah, mari kita bersihkan media sosial dari segala propaganda radikalisme. Mari perbanyak pesan damai di media sosial, agar masyarakat bisa tercerahkan. Agar masyarakat ada filter dan tidak mudah percaya bujuk rayu kelompok radikal. Dan ingat, ujaran kebencian yang saat ini sering muncul di dunia maya, merupakan bibit dari radikalisme dan terorisme. Karena, mari kita lawan segala bentuk kebencian. Mari terus kita tularkan semangat gotong royong dan toleransi antar sesama. Karena memang semangat itulah yang menjadi ciri khas kita sebagai penduduk Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun