Mohon tunggu...
Istudiyanti Priatmi
Istudiyanti Priatmi Mohon Tunggu... Freelancer - Fortiter in re, suaviter in modo (Claudio Acquaviva, SJ)

Pendonor darah sukarela dan terdaftar sebagai pendonor kornea mata. Founder: ABK UMKM (Yayasan Griya Bina Karya Anak Berkebutuhan Khusus), KRESZ-KRESZ INDONESIA (Green Juice, Sayur Hidroponik, Bloom and Grow POC). Lulusan Magister (S2) Hukum Bisnis UI, S1 Fakultas Ekonomi UI dan Tarakanita. E-mail: v.istudiyanti.priatmi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kekerasan dalam Pacaran?.. NO WAY laaah!.

22 Juni 2012   18:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya pacaran adalah proses 'perkenalan' antara sepasang kekasih sebelum melangkah menuju gerbang pernikahan.  Yang namanya proses maka pasti pernah mengalami friksi di antara mereka, beberapa dapat menenggang namun banyak pula yang melampiaskan dengan kekasaran bahkan kekerasan.

Kekerasan dalam pacaran adalah pintu pertama menuju KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) kelak.  Kekerasan yang saya maksud di sini adalah bukan hanya menyakiti secara fisik, namun menyakiti secara verbal pun sudah merupakan indikator bahwa hubungan harus sesegera mungkin diakhiri.  Sering kita, sebagai perempuan, berusaha berlapang dada dan berharap nanti sikap Si Dia akan berubah seiring dengan waktu.  Hahaha, jangan pernah berharap!.  Harapan itu hanya perangkap menuju jebakan Bad Man seumur hidup kita.

Saat putus pacaran memang menyakitkan, namun cukup menangis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari saja, setelah 3 hari segera berdandan cantik dan beraktifitas sedinamis mungkin. Kita harus bersyukur bahwa Si Dia telah menunjukkan tanda-tanda karakternya yang sulit dan berpotensi sebagai pelaku KDRT.  Lebih baik kehilangan waktu 3 hari, daripada terjebak Si Bad Man sepanjang usia kita. No way laaaah!.

Sesuai pengalaman saya, berikut tanda-tanda menghindari jebakan Bad Man:


  1. Uji karakter spontan Si Dia dengan beberapa diskusi ringan, buatlah ia dalam situasi terpojok.  Amati perubahan sikapnya.  Kalau Si Dia marah, bahkan membanting benda-benda kecil di dekatnya, terbukalah kedok Sang Bad Man.  Namun sebelum memutuskan hubungan, minta Sang Bad Man memperbaiki benda-benda yang sempat dirusaknya itu.
  2. Cari tahu latar belakang dan keseharian Si Dia dari teman-temannya, sahabatnya, keluarganya dan lingkungan rumahnya.  Cukup 3 komentar perihal sikapnya yang kasar dan berpotensi KDRT kelak sudah mewakili.
  3. Amati sikapnya selama berhubungan pacaran, apabila Si Dia sering memaksakan kehendaknya sehingga berujung memancing emosi kita... itulah Calon Bad Man.  Hindari lelaki pemaksa atau Anda akan menjadi budaknya seumur hidup.
  4. Cek empati dan rasa berbaginya kepada sesama, tanpa kecuali siapa pun mereka.  Egois atau tidaknya Si Dia akan terlihat dari parameter nomor 4 ini.  Keegoisan seseorang merupakan bentuk karakter yang menyimpan bom waktu, kelak satu saat akan meledak hebat.  Masih mau menyimpan bom?.

OOOoooOOO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun