Yesus adalah sosok yang penuh perhatian kepada mereka yang disabilitas, bahkan meski sedang sekedar lewat dalam perjalanan pun Ia menunjukkan kasih-Nya kepada seorang tunanetra.
Sosok tunanetra yang dihampiri Yesus ini sudah sejak lahir buta. Â Keluarga dan tetangganya mengenal si Buta ini terlahir tunanetra. Â Merupakan satu kepastian, bahwa tidak mungkin si Buta sejak lahir akan melihat terang dunia.
Yesus menghampiri sosok disabilitas yang kala itu dipandang masyarakat sebagai hasil dosa orang tuanya, hina dan harus hidup dalam stigma pendosa dan menanggung dosa. Â Yesus melakukan mukjizat bagi mereka yang sudah tidak punya harapan bahkan tidak punya mimpi untuk melihat indahnya warna-warni terang dunia. Â Mukjizat-Nya terjadi sesuai kehendak-Nya di hari, situasi dan kondisi yang random, bahkan di hari Sabat. Â Tidak terduga dan unpredictable. Â Kuasa mukjizat-Nya menghampiri mereka yang bahkan tidak dipandang dunia, seperti si Buta yang merupakan bagian kaum disabilitas.
Yesus menyatakan bahwa kaum disabilitas bukanlah disebabkan dosa yang dibuat oleh orang tuanya atau dosa bawaan keturunannya, namun karya Allah dinyatakan atas diri disabilitas tersebut. Â Ada rencana Allah yang besar atas kaum disabilitas, yang antara lain menjadi jalan bagi mereka yang non-disabilitas untuk mengasihi mereka dan menjadi ladang kebaikan dengan menolongnya, sehingga kemuliaan Tuhan terpelihara.
Komunitas orang-orang baik yang menolong kaum disabilitas sudah terbentuk dan terlihat karyanya dalam pertolongan mengangkat si Lumpuh untuk dijamah Yesus atau menghantarkan ke tempat Yesus singgah, meski harus menempuh jalan yang jauh atau berusaha mendekatkan kepada-Nya dengan segala cara, misal dengan menurunkan si Lumpuh dari atap. Â
Semua usaha orang-orang baik yang menolong kaum disabilitas ini merupakan pengejawantahan karya Tuhan yang berusaha menggapai "terang-Nya". Â Sebaliknya menjadi "buta" dengan melakukan pembiaran kepada mereka yang disabilitas adalah berdosa, sebagaimana jawaban Yesus kepada kaum Farisi: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena sekarang kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu".
Stigma disabilitas disebabkan oleh dosa orang tuanya bahkan dosa keturunan sudah ada sejak dahulu kala. Â Yesus mematahkan stigma ini.
Ooo00ooO
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI