Awal masuk program Pascasarjana UI saya merasakan sedikit kecemasan, apakah saya dapat tuntas menyelesaikan studi sementara saya seorang single mom dengan seorang anak special needs (ABK). Banyak yang bilang: "Masuk UI itu susah, apalagi keluarnya".
Beruntung saya memiliki sahabat yang mendukung dan membesarkan hati saya. Â Sahabat saya, almarhumah Dr. Hj. Meiyanne Saad, S.E., MBA yang telah lebih dahulu lulus dari program doktoral di UI memberi dukungan dan kiat-kiat belajar di program Pascasarjana. Â
Inne mengatakan: "Torehkan kata TABAH di benakmu", lantas sambil tertawa-tawa ia akan bercerita betapa banyaknya cobaan untuk menyelesaikan program S3-nya, mulai dari perceraian teman, kecelakaan yang dialami temannya dan lain-lain hal yang menguras emosi serta air mata. Â Ia sangat bangga berhasil menyelesaikan tantangan ini.
Setiap hari kuliah selalu ada tugas paper yang harus saya selesaikan cepat dan buku yang harus dibaca. Beruntung saya memiliki kemampuan membaca dan mencerna cepat bahan bacaan, Â sehingga buku referensi dapat saya lahap cepat. Â Yah ada untungnya juga, kala di masa kecil ibu alih-alih memberikan uang jajan, malah selalu menyediakan bahan bacaan mulai dari koran, buku cerita dan majalah anak-anak. Â Pelarian saya yaa hanya buku. Â Coba kalau ibu menyediakan uang jajan cukup, pasti pelarian saya yaa jajan. Â Yummy!.
Sebagai orang tua tunggal warga Balikpapan yang kuliah di Jakarta, saat itu saya tinggal di rumah kontrakan mungil hanya berdua putra saya yang special needs (ABK). Selain studi, saya juga harus mengerjakan aneka pekerjaan rumah tangga, termasuk mengantar putra saya ke sekolahnya di Homeschooling Kak Seto (HSKS) bila musim ujian tiba.  Kala itu kami masih bolak-balik Jakarta-Balikpapan-Jakarta.
Saya bersyukur memilih sekolah untuk putra saya di HSKS, karena ia bisa belajar dengan bantuan saya dan tutor yang datang ke rumah. Sangat efisien dan efektif bagi saya yang kala itu masih warga Balikpapan, Kalimantan Timur, sehingga saat kami pulang ke Balikpapan putra saya tetap dapat belajar jarak-jauh.
Bila masa ujian di kampus tiba, saya titipkan putra saya di rumah ibu, sehingga tutornya pun turut pindah mengajar ke rumah ibu saya. Â Saya haturkan terima kasih kepada tutor anak saya yang telah membimbingnya hingga lulus.
Teringat 1 hari jelang sidang tesis, di rumah kontrakan saya hanya berdua putra saya. Â Tengah malam tiba-tiba badan anak saya panas, lampu mati token PLN habis dan saya masih terus belajar. Â Saya telpon Taksi Blue Bird dan minta diantar beli obat turun panas dan membeli token PLN di supermarket yang buka 24 Jam. Â Saya tidak tahu bagaimana cara isi token listrik, jadi Pak Supir Taksi yang bantu isikan. Â Peristiwa itu sekira pukul 00.30 dini hari. Â
Paginya saya titip putra saya ke rumah ibu dan menyampaikan uang bila perlu ke dokter. Â Saya pun pergi sidang tesis di UI Salemba. Â Lega sekali, akhirnya saya dinyatakan lulus dengan nilai tesis A-.
Sebagai single mom, saya bagikan kiat-kiat belajar di Program Pascasarjana UI berdasar pengalaman saya.