Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Legitnya Ketan Serundeng

20 November 2022   08:51 Diperbarui: 20 November 2022   08:57 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legitnya ketan serundeng | foto: cookpad

Pagi ini terasa hangat, sajian ketan serundeng menemani secangkir teh ataupun kopi panas mengepul. Aktivitas kunyah di mulut, melorot pelan ke lambung memantik semangat hari baru. Menjentikkan jemari menuliskannya untuk para sahabat Kompasiana.

Ketan serundeng komponen nostalgia

Sajian ketan serundeng mengait nostalgia antar masa. Bola mata seorang bocah kecil langsung membulat menatapnya dalam sudi wadah khas dari daun pisang. Gerak tangan paduan sigap dan malu-malu menyambut uluran pemberian tersebut.

Yup ketan serundeng, penganan istimewa saat itu. Hadir dalam acara khusus. Terlebih bila ada bonus potongan daging dalam serundengnya. Ketan dengan toping serundeng dengan harta karun potongan empal daging.

Lazimnya kami menyantap ketan polosan. Bila tidak ditanak dengan prosedur lengkap mulai kekel, aru dan kukus, ibu cukup meliwetnya dalam kendil. Aha, kosakata nan jadul. Kini tinggal masak dalam magicom praktis atau malah pesan lewat aplikasi penyedia.

Kami sebut polosan karena disantap begitu saja. Kadang ada bonus parutan kelapa, kami menyebutnya ketan wur. Lain kali tampil beda dengan topping bubuk kedelai. Makin legit gurih, kan.

Ketan serundeng mengait kelas sosial penyajinya. Kelompok pyayi, begitu kami kecil menyebutnya. Mengingat memerlukan input biaya, tenaga pun usaha lebih dalam penyiapannya. Hehe, serasa bumbu sosiologi dalam ketan serundeng.

Penganan ini juga hadir di berbagai wilayah. Masyarakat Banten menyebutnya sebagai ketan bintul. Sajian yang tadinya di lingkup keraton terdiseminasi ke masyarakat luas. Ketan bintul menjadi santapan buka puasa ramai dijajakan pada bulan Ramadhan.

Tampilan pun kini sangat variatif. Tidak lagi harus dalam sudi daun pisang. Beberapa dicetak dengan aneka bentuk pun garnish penghias yang memikat. Rasa ketan serundeng yang hamper tidak berubah.

Filosofi ketan serundeng

Setiap penganan tidak hanya memuat unsur pemuas kebutuhan fisiologi. Kebutuhan dasar pemenuhan pangan. Dilengkapi dengan kalori dan nilai gizi.

Tentunya minimal mengandung karbohidrat. Protein terlebih bila ada daging empal dalam serundeng. Lemak nabati dari sangrai parutan kelapa. Aneka komponen biofarmaka, suplemen kesehatan yang tersimpan dalam bumbu dapur yang digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun