Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laut Itu Ibu

8 Juni 2022   19:09 Diperbarui: 8 Juni 2022   19:10 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulari ke pantai tuk melarung
bukan sampah, hanya rindu segunung 

Dua pertiga Indonesia adalah lautan nan indah
Kini tercemar oleh sampah dan limbah
Nenek moyang kita pelaut tinggal cerita
Hasil laut dicuri negara tetangga 

Asam di gunung, garam di laut
Bak belanga luas,
laut memisahkan sekaligus menyatukan dalam ganas dan tenangnya 

Memandang air nan biru dan hamparan pasir putih,
hadirkan rasa damai dalam hati 

Bila darat adalah ayah, maka laut adalah ibu
Bila laut adalah biru, maka akan ada selalu rindu
mencintai alam itu perlu
Menjaga laut selalu biru

Kita mengenal ikan-ikan,
terumbu karang dan apa-apa yang laut berikan demi menunjang hidup

Sedang di balik birunya adalah misteri dengan palung-palung, gunung-gunung dan sesuatu yang belum kita tahu 

Di langit senja yang syahdu
Warna biru berganti ungu
Lautanku yang dahulu biru
Sungguh aku rindu

Persembahan puisi Hari Laut Sedunia. Kolaborasi RB, FS, TT, TA, K71, LS, M.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun