Bermain HP di SPBU Berbahaya: Mitos atau Fakta? Benarkah menggunakan ponsel di pom bensin berbahaya? Apa sebenarnya alasan di balik larangan kita menggunakan ponsel di SPBU?
“Main HP Dilarang di SPBU, Kenapa Bayar BBM Malah Disuruh Pakai MyPertamina?”
Begitulah judul salah satu artikel situs berita Kompas.com. Artikel yang ditayangkan tanggal 3 Juni 2022. Artikel ini telah dibaca sebanyak enam ribu kali dalam waktu kurang dari tiga jam dan ramai diperbincangkan pada kolom komentar.
Semua pasti sudah tidak asing lagi dengan larangan penggunaan handphone atau HP hingga mematikan HP di area Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Ini berlaku tidak hanya di SPBU Indonesia saja, tapi larangan ini juga berlaku di seluruh SPBU di dunia. Larangan ini sudah ada sejak tahun 1999.
Alasannya sederhana saja, HP memancarkan gelombang radiasi yang dapat memicu percikan api hingga ledakan saat pengisian bahan bakar. Gelombang radiasi yang berasal dari sinyal HP ini tidak beraturan dan tidak bisa dikontrol karena menyebar melalui medium udara.
Meskipun demikian, Pertamina rencananya akan menerapkan sistem pembayaran yang baru, yaitu secara non-tunai via aplikasi MyPertamina, yang justru menggunakan HP!
Sistem pembayaran yang baru ini sepertinya merupakan bentuk usaha Pertamina untuk mengikuti perkembangan era digitalisasi. Namun, bukan itu alasan utamannya. Tujuan diberlakukan sistem baru ini adalah untuk pembagian bahan bakar yang adil, seadil-adilnya, mengikuti sila kelima Pancasila: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Melalui sistem digital MyPertamina, diharapkan BBM bersubsidi Solar dan Pertalite dapat disalurkan tepat sasaran ke pengguna yang berhak karena pembeli Solar dan Pertalite harus memiliki akun MyPertamina yang tekah diverifikasi oleh BPH Migas.
Di sisi lain, keunggulan dari era digital ini adalah semua transaksi online memiliki riwayat yang jelas. Bisa mencegah korupsi.
Yang jelas, saat ini Pertamina juga masih sedang finalisasi kriteria penerima subsidi dan infrastrukturnya. Untuk penerapan MyPertamina sebagai alat pembayaran, masih perlu disosialisasikan karena targetnya untuk kalangan bawah yang justru belum tentu memiliki HP canggih.