Belum lama ini saya menonton film unik berjudul Don't Look Up. Mungkin ini adalah sebuah film bertema kelestarian bumi yang paling viral.
Dalam “Don’t Look Up,” Leonardo DiCaprio dan Jennifer Lawrence berperan sebagai ilmuwan putus asa yang berebut untuk membuat politisi bertindak. Keduanya juga berupaya agar publik mempercayai mereka.
Setelah film tersebut ditayangkan perdana pada bulan Desember, para ilmuwan iklim menulis cuitan dan unggahan di media sosial. Para ilmuwan menyatakan bahwa mereka akhirnya merasa diperkenalkan melalui film Don't Look Up ini.
Neil deGrasse Tyson mencuit bahwa film ini tampak seperti film dokumenter. Beberapa pengagum menyamakan film ini dengan "A Modest Proposal," esai satir abad ke-18 oleh Jonathan Swift.
Sementara itu sejumlah kritikus mempertanyakan mengapa film Don't Look Up ini tidak lebih lugas berbicara tentang pemanasan global. Datangnya komet sebagai pembawa kehancuran bumi dianggap sebagai metafora yang kurang kuat.
Meskipun dikritik keras, Don't Look Up sukses besar. Menurut Netflix, film ini adalah salah satu film paling populer yang pernah ada. Don't Look Up ditonton selama 152 juta jam tayang. Ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk sebuah film dalam satu minggu.
Beberapa film Holywood menjadikan tokoh antagonis sebagai ekoteroris. Misalnya Thanos di “Avengers: Infinity War” dan “Godzilla: King of Monsters.” Sebagian film Holywood lain menghadirkan kehancuran ekologis sebagai hal yang tak terhindarkan. Umpama, film “Interstellar,” “Snowpiercer” dan film Mad Max.
Sangat jarang ada film yang membayangkan sebuah dunia di mana manusia berhasil bekerja sama untuk mengatasi krisis iklim dan menyelamatkan keanekaragaman hayati.
Menariknya, Don't Look Up ini tidak hanya bertujuan untuk mengeruk keuntungan. Produser film Don't Look Up sengaja membuat alur kisah yang mengajak penonton untuk berpikir bagaimana jika bumi sebentar lagi sungguh hancur.
Lebih dari sekadar tontonan, Don't Look Up berhasil mengajak penontonnya untuk bertindak menyelamatkan bumi dengan aksi nyata.