Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengapa Minyak Goreng Sawit Jadi Kontroversi di Eropa?

19 Maret 2022   05:41 Diperbarui: 19 Maret 2022   05:46 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa minyak goreng sawit jadi kontroversi di Eropa? - TK Naliaka/domain publik

Topik hangat kenaikan harga minyak goreng di Indonesia mengingatkan kita bahwa minyak goreng juga sudah menjadi topik hangat di Eropa.

Sejak beberapa tahun terakhir, semakin banyak kampanye menolak minyak goreng sawit di Eropa. Sejumlah perusahaan secara terbuka menyatakan tidak lagi menggunakan minyak sawit. Mengapa minyak sawit jadi kontroversi di Eropa?

Setidaknya ada dua alasan mengapa sejumlah lembaga dan perusahaan di Eropa menolak minyak goreng sawit:

1. Minyak goreng sawit dituduh tidak sehat

Makanan dengan label bebas minyak sawit semakin populer di Eropa-it.openfoodfacts.org/domain publik
Makanan dengan label bebas minyak sawit semakin populer di Eropa-it.openfoodfacts.org/domain publik

Oleh para penentang, minyak goreng sawit dituduh sebagai bahan pangan yang memicu kanker. 

Asupan asam palmitat yang berlebihan, yang membentuk 44% minyak sawit, meningkatkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan kolesterol total, sehingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (Sacks FM, 2017).

Pada Mei 2016, Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menerbitkan sebuah studi tentang minyak sawit yang menyatakan bahwa "kontaminan proses berbasis gliserol yang ada dalam minyak sawit, tetapi juga dalam minyak nabati lainnya, margarin dan di beberapa makanan olahan meningkatkan resiko bagi kesehatan konsumen makanan itu." 

Oleh karena itu, masalahnya terletak pada pemurnian yang berlangsung pada suhu tinggi (sama dengan atau lebih tinggi dari 200 derajat). Pemurnian bersuhu tinggi ini memicu pembentukan zat yang berpotensi genotoksik dan karsinogenik (pemicu kanker). 

Masalahnya, dalam pernyataan EFSA muncul kontroversi lain: Mengapa jika ketiga zat tersebut terbentuk di semua minyak nabati yang diproses pada suhu tinggi, apakah bahayanya hanya pada minyak sawit? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun