Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kutitipkan Doa dalam Puisi

17 Maret 2022   06:24 Diperbarui: 17 Maret 2022   06:26 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 
 

Di sini, pagi ini
Kutitipkan doa dalam puisi
Untaian rasa gelisah, jalinan keluh kesah membikin resah
Terangkai dalam puisi tanpa bentuk

Di antara lamunan sepanjang jalan, pagi ini
Kulihat semua baik-baik saja, berjalan seperti biasa
Hanya aku yang cemas, was-was, entah mengapa
Perasaan suram, hati muram, orang-orang berlalu tergesa-gesa

Mungkinkah hanya langkahku yang tak tentu arah hari ini?
Kudapati anak-anak masih tetap bersemangat menyandang tas sekolah
Pagi ini hanya seperti pagi yang lain pada hari-hari yang lalu
"Semangat ya!" selalu kuucapkan kepada mereka 

Aku, seperti biasa, beranjak menuju kerja
Kusetel siaran radio, seorang diri dalam perjalanan menuju kerja
Tersiar warta rohani, tentang orang-orang yang bangkit
Menjadi kuat, bukan oleh karena dirinya, melainkan kemurahan Tuhan

Kekuatan bagi mereka yang lemah
Kutermenung, tidakkah aku tampak kuat hanya di hadapan yang lemah
Dan tampak lemah di muka yang kuat?
Tiba di parkiran, lamunanku tak kunjung usai

Hanya satu dua kendaraan terparkir di sana, sepi
Ini pun hanya seperti pagi yang lain pada hari-hari yang lalu
Apakah yang sedang kukejar, apakah yang kuperjuangkan,
Sementara kuhidup dalam seribu rupa di panggung sandiwara?

Kucari-cari di mana imanku?
Tercecerkah ibadahku entah di mana?
Pabila cemas, was-was menghampiri, entah mengapa
Aku selalu merasa kurang berdoa

Dalam kerapuhan,
Kuhibur diriku, setidaknya ada seonggok tanggung jawab di pundakku
Kerja ini soal asa, doa tentang nasi yang kami makan, dan segala kebutuhan
Segala sesak ini, kuyakin tak bertahan selamanya

Untuk segala sesuatu pasti akan ada akhirnya
Kesesakan berganti dengan kegembiraan
Kegembiraan berganti dengan kesesakan
"Semangat ya!" seperti yang selalu kuucapkan kepada anak-anak sekolah itu

Nyatanya tiada jua yang kukerjakan
Hanya mendorong onggokan daging pada raga agar bersemangat menjalani hari
Sekadar bertahan, belajar mau, mau belajar
Belajar bersemangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun