Sebagian memori tidak terlupakan, tetap hidup dan menghangatkan hati.
 (Joseph B. Wirthlin)
Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun menatap ke luar jendela. Menatap hujan yang turun tanpa ampun dari langit yang kelabu. Masih tanggal 1 Desember, tapi binar kegembiraan dalam bola matanya tidak dapat disembunyikan.
Dengan jari mungilnya gadis itu menghitung berapa hari lagi yang tersisa hingga saatnya dia diperbolehkan untuk menghias kandang Natal yang akan dibuat untuk tahun itu.
Ayahnya telah berjanji padanya untuk membuat kandang Natal pada pertengahan bulan, menunggu hujan lebat mereda. Saat itulah saat yang terbaik untuk mendapatkan deretan lumut tebal. Berarti masih ada 14 hari lagi.
Gadis itu telah memiliki beberapa tempat 'rahasia' yang telah dikunjungi sebelumnya, tempat dimana lumut tebal dengan mudah dapat diambil. Dia berjanji akan mengajak saudara perempuannya untuk mendapatkan 'harta karun' itu. Tidak satupun boleh tahu dimana 'harta karun' itu berada hingga saatnya tiba.
Membuat kandang Natal
Akhirnya saat yang dinanti pun tiba. Rangka untuk membuat kandang Natal telah disiapkan. Tepat di depan pintu masuk. Ayahnya telah membuat alas kandang yang terbuat dari kertas sak semen yang diminta dari toko bangunan kenalannya. Dinding kandang terbuat dari bilah bambu. Atapnya diberi ilalang yang didapat dari padang dekat rumah.
Gadis kecil itu kemudian mengajak saudaranya untuk memburu 'harta karun' mereka. Mereka menuju ke sungai kecil. Kaki-kaki kecil mereka melangkah dengan hati-hati melewati bebatuan yang licin menuju bebatuan lembab yang dipenuhi lumut-lumut tebal dan indah bak permadaniÂ
Dengan hati-hati mereka mengumpulkan lumut, menyusunnya perlahan di dalam kotak yang mereka bawa dari rumah, dan bergegas tak sabar untuk kembali ke rumah.