Aku sedang duduk termangu merenungi kisah-kisah masa lalu
Ketika tawa riuh yang terdengar penuh bahagia
Berlarian, berkejaran dalam canda yang tak habis-habisnya
Waktu itu kala korona belum tiba
Saat sua mewarna hari-hari tanpa jeda
Menghias kisah insan di semesta
Menyapa, memeluk, bersandar di bahu
Mencium wangi aroma asa tanpa sela..
Ahh... Sungguh terlalu kurindu masa itu...
rona surya merebak di fajar musim semi
menutup kelam dalam lembayung senja
rasa yang hinggap di sukma sesaat
merekah di temaram senjakala
binar suka membuka tabir kasih yang membiru
melepas bias memeluk cahaya
"nikmatilah..."
Sebentar, aku belum menemukan gerigi waktu yang berjalan
pelan
mungkin ia bersembunyi di balik gedung-gedung tinggi
rikuh menawarkan ingatan pada malam lampau
udara yang riuh berlomba menempuh jalanan sepi,
saat wabah belum datang menjamah atau giat menjelajah
aku belum menemukan gerigi waktu yang berjalan
pelan
yang kudapati hanya buih-buih gundah
ia semakin gelisah
menipu resah dengan segala kesah
singkat saja, sebenarnya
dari bilik ingatan tertawan bermilyar sunyi mengaharap subuh kembali merengkuh
kau dan kotamu yang telah basah oleh wabah
aku dan udaraku runtuh
oleh kenangan
kau dan aku
kita
beradu rindu
pada suatu waktu
....
11 Desember 2021
Puisi Kolaborasi ketiga dari Sahabat Puisi untuk Inspirasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H