Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ke Mana Perginya Anak Muda Calon Petani Milenial?

7 November 2021   14:06 Diperbarui: 7 November 2021   14:14 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ke mana perginya anak muda calon petani- dok. Guido

Lain hal apabila Anda hidupnya di Jakarta yang mayoritas masyarakatnya hedonis dan tinggal di apartemen mewah. Kurang lebih begitulah konstruksi berpikirnya.

Lebih dari pada itu, yang ingin saya katakan juga bahwa agar ada baiknya para petani milenial yang saat ini masih bertahan di kampung untuk perlu diberdayakan lewat sejumlah program pemerintah yang sudah berjalan selama ini semisal, pelatihan kewirausahaan bagi petani, pendidikan vokasi, Kostratani, program YESS, dlsb.

Saya pikir, apabila kesemua program itu melibatkan para petani milenial, niscaya program Petani Milenial yang selama ini digagas oleh pemerintah pusat bersama Kementerian Pertanian mampu meraup perhatian milenial umumnya untuk terjun ke sektor pertanian.

Tak hanya berhenti di situ, dalam rangka mewujudkan pertanian Indonesia maju, mandiri dan moderen yang di dalamnya melibatkan partisipasi kaum milenial, pemerintah dirasa perlu mengakselerasikan pemanfaatan inovasi teknologi alat-alat pertanian.

Selebihnya, memberikan kemudahan akses modal dan kredit usaha, subsidi harga pupuk dan alat-alat pertanian, penyediaan benih bermutu, membantu pemasaran produk pertanian, menetapkan standarisasi harga jual komoditas di pasaran, dlsb.

Kebijakan politik pemerintah yang ditelurkan lewat sejumlah program itu mesti komprehensif dan terintegrasi dari hulu hingga hilir. Hulu dan hilir politik pertanian yang komperhensif dan integratif yang saya maksudkan di sini adalah demi kemandirian dan kesejahteraan petani milenials.

Dengan demikian, stereotype petani sebagai profesi kurang unggul pada saatnya akan hilang dengan sendirinya karena banyak daripada petani milenials yang melihat sektor pertanian sebagai lahan potensial untuk dikerjakan dan/atau ditekuni. Dan utamanya, para pemuda dan pemudi desa tak lagi tergerak untuk menjual tanah miliknya dan pergi bermigrasi ke kota.

Hemat saya, mimpi besar pertanian Indonesia maju, mandiri dan moderen dapat diejawantahkan melalui sejumlah peluang kerjasama antarsemua pihak dalam upaya mewujudkan regenerasi petani dan ketahanan pangan di tanah air tercinta.(*)

Guido untuk Inspirasiana. Tulisan berhak cipta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun