Tentang ayahku
Jika kau bertanya tentang siapa pahlawan dalam hidupku, dengan lantang akan kujawab, “ayahku”. Ya, ayahku adalah pahlawanku. Beliau adalah cinta pertamaku.
Ayahku bukan seorang penguasa. Pun beliau bukan seorang pengusaha. Ayahku seorang guru sekolah dasar yang biasa-biasa saja. Namun, bagiku beliau sangat luar biasa.
Aku bersekolah di sekolah tempat ayahku mengajar. Terdapat jenjang pendidikan dari TK hingga SMA. Selama 14 tahun, aku pergi dan pulang sekolah bersama ayahku.
Ayah memiliki sebuah mobil kecil yang digunakan untuk pergi dan pulang sekolah. Dalam perjalanan, kami saling bertukar cerita dan ayah membekaliku dengan nilai-nilai kehidupan.
O iya, ayah selalu bangun pagi-pagi untuk memasak. Beliau menyediakan sarapan dan bekal makan siang untuk dirinya sendiri, juga untuk ibu dan aku. Sore hari, ayah juga yang memasak untuk makan malam keluarga.
Hingga aku kuliah lalu lulus dan memasuki dunia kerja, kebiasaan ayah menyediakan sarapan, bekal makan siang, dan makan malam untuk seluruh keluarga tak pernah berubah.
Sebelum aku lupa, aku adalah anak tunggal. Keluargaku hanya terdiri dari ayah, ibu, dan aku. Setelah aku menikah sebulan yang lalu, kedua orangtuaku tinggal berdua.
Tentang ibuku
Sejak kemarin pagi jasad ibuku terbujur kaku di dalam peti kayu berukuran setengah kali dua setengah meter. Jangan tanya bagaimana perasaanku. Aku tidak dapat mendeskripsikannya.
Hingga hari ibu mengantarku ke gerbang perkawinan, aku masih bertanya-tanya apakah beliau sungguh-sungguh mencintaiku. Apakah beliau sungguh-sungguh mencintai ayahku?