Saat ini kita bergembira karena sedang berlangsung aneka kejuaraan sepak bola bergengsi: Piala Eropa 2020 dan Copa America. Sebentar lagi kita juga akan menyambut Olimpiade Tokyo dan Pekan Olahraga Nasional (PON).Â
Kita gembira saat gol tercipta. "Gol!" teriak suporter Indonesia. "Golazo!" seru penggemar futbol di Spanyol untuk memuji sebuah gol istimewa. Suporter di Jerman berteriak "Tor!" kala jala terkoyak lesakan gol.
Dalam bahasa Inggris (gaul), ada istilah khusus untuk jumlah gol yang dicetak seorang pemain dalam satu pertandingan. Dua gol yang diceploskan pemain yang sama disebut brace. Tiga gol hat-trick. Enam gol double hat-trick.
Menurut kamus daring Cambridge, hattrick adalah istilah yang digunakan kala seseorang atlet (khususnya dalam permainan sepakbola) mencetak tiga gol dalam satu pertandingan. Istilah ini juga dipakai untuk pencapaian tiga kali berturut-turut di bidang lain. Umpama, "After two election victories the government clearly has hopes of a hat trick."
Sebagian besar media massa kita masih memakai brace dan hattrick. Lucunya lagi, beberapa wartawan Indonesia (entah siapa) menciptakan dan menggunakan istilah quattrick (empat gol) dan quintrick (lima gol) yang sebenarnya tidak dikenal dalam bahasa Inggris.
Tribunnews menurunkan berita bertajuk "Usai Cetak Brace, Romelu Lukaku Samai Rekor Ronaldo". Kompas.com mengetengahkan berita berjudul "5 Pemain Asing Ini Sudah Catatkan Hattrick pada Liga 1 2019" dan "Cetak Quattrick, Marko Simic Kian Tak Terkejar". Sebuah laman CNN menulis "Ronaldo Ciptakan Quintrick Bersejarah".
Kemungkinan besar, istilah quattrick dan quintrick diciptakan wartawan kita berdasarkan hattrick. Masalahnya, tak satu pun kamus bahasa Inggris mencantumkan quattrick dan quintrick.
Rekayasa istilah yang nginggris bukan hal baru. Entah dari mana, kata deparpolisasi masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia. KBBI V mendefinisikan deparpolisasi sebagai "pengurangan jumlah partai politik".
Menurut Qaris Tajudin dalam majalah Tempo (25/4/2016), pembuat kata "deparpolisasi" rupanya menganggap parpol sebagai sebuah kata kerja sehingga perlu diberi akhiran -tion agar bisa menjadi kata benda.
Masalahnya, parpol bukan kata kerja dalam bahasa Indonesia. "Deparpolisasi" adalah bentukan yang ngawur karena tidak ada kata deparpolitation dalam bahasa Inggris.
Apa padanan brace dan hattrick dalam bahasa Indonesia?
Kembali ke jumlah gol yang menjadi pokok bahasan kita. Pada hemat saya, bahasa Indonesia dapat menyerap istilah brace dan hat-trick dengan bantuan imbuhan awalan dari bahasa Sanskerta, seperti eka-, dwi-, tri-, catur-, panca-, dan sapta-. Imbuhan awalan ini berfungsi untuk membuat kata benda dan menunjukkan kata bilangan.