Kita telah terbiasa mengatakan ekawarna, dwibahasa, tritunggal, caturtunggal, pancaindra, dan saptamarga. Istilah brace bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi dwigol.
Hat-trick (hattrick) bisa kita sebut trigol. Empat gol caturgol. Lima gol pancagol. Enam gol satgol. Tujuh gol saptagol. Delapan gol astagol. Sembilan gol navagol. Sepuluh gol dasagol.
Alternatif penerjemahan istilah-istilah untuk jumlah gol ini kiranya lebih bercita rasa Indonesia. Mungkin pada awalnya kita perlu waktu untuk membiasakan diri mengucapkan dan mendengarkan padanan semacam caturgol, pancagol, dan satgol.
Menerjemahkan istilah asing tidaklah mudah
Masalahnya, mungkin sejumlah munsyi tidak akan sepakat dengan usulan ini karena nyatanya dalam bahasa Indonesia, mekanisme seperti ini tidak selalu terjadi.
Mengutip Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto (2003:95), penyesuaian dalam penerjemahan istilah asing dapat ditempuh dengan mengganti imbuhan dengan kata lain atau bahkan mengganti keseluruhan kata dengan kata yang sama sekali baru.
Kata bicycle kita terjemahkan sepeda, bukan roda dua atau dwiroda. Tricycle kita sebut becak atau sepeda roda tiga, bukan roda tiga atau triroda. Triangle kita sebut segitiga, bukan sudut tiga atau trisudut.
Wah, ternyata menerjemahkan istilah asing tak sederhana, Ferguso! Semoga semakin jamak kita gunakan dwigol, trigol, dan sebagainya. Siapa tahu, kata-kata ini kelak dimasukkan dalam pembaruan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semoga coretan bersahaja ini menjadi pembuka diskusi di kalangan penutur dan pencinta bahasa Indonesia.Â
Salam olahraga!
Erbe untuk Inspirasiana. Tulisan berhak cipta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H