Dengan tulus, diberikannya Ruby berbungkus kertas itu kepada sahabatnya.
Namun, sungguh di luar dugaan, tanpa membuka bungkusnya, sahabat petani begitu gusar lalu membuang batu permata tersebut di tempat sampah sembari pergi menyumpahi sang petani yang dianggapnya begitu menghina dirinya dengan memberikan pemberian yang tidak layak untuknya.
Sedang petani mengambil kembali permata tersebut, pedih pula hatinya. Maka disimpannya kembali batu permata tersebut dan berjanji akan ia berikan pada istrinya kelak di kemudian hari.
Terkadang hati manusia begitu tamak, meski tidak semua orang demikan. Bahkan kebaikan-kebaikan yang ada di sekitar kita lupa untuk dihitung dan dinikmati sepenuh hati. Seringkali kita hanya berfokus pada masalah pribadi saja sehingga kebaikan hati orang lain tertutupi.
Petani ini belajar dari sahabatnya. Terkadang niat baik tidak selalu diterima baik oleh orang yang ditolong. Terkadang pemberian baik ditolak karena dianggap tidak sesuai kebutuhan.Â
Hati manusia begitu tak terduga. Hanya kepada Tuhan saja si petani menaruh percaya dan pengharapan.Â
Di lubuk hati terdalam dia merenung dan mengingat istri tercinta. Tuhan sudah memberikan pasangan sejati yang cantik hatinya. Wanita yang pantas menerima batu permata Ruby berharga dan indah tiada tara.
Meski ada sedih yang dirasakan petani atas perilaku sahabatnya, namun dia belajar. Terkadang orang yang terburu-buru memutuskan tanpa melihat keadaan bisa berujung fatal. Bukan hanya itu keberuntungan bahkan bisa batal menghampiri.Â
Namun petani yang murah hati sekarang tahu arti persahabatan sejati. Dia lebih lagi mengagumi istrinya. Bukan hanya pasangan sejati namun juga sahabat terbaik.
Atau bagaimana bila petani itu adalah Anda atau kami berdua? Mungkin juga pedagang itu pun Anda atau kami berdua. Bagaimana bila kita menjadi bagian dari cerita tersebut, menurut Anda apa yang akan Anda lakukan? Hal apa yang dapat kita pelajari? Sila berpendapat....
....