Apakah ada yang salah bila sinetron di layar televisi kita dengan tema   itu saja dan jauh dari kualitas?
Para pembuat sinetron pasti akan berkilah, "Kami membuat  sesuai  permintaan pasar karena itu yang di sukai masyarakat."
Dalam urusan bisnis hukum pasarnya memang demikian. Karena mereka orientasinya bisnis tentu saja urusan keuntungan yang ada di dalam batok kepala.Â
Kalau Bisa Membuat Sinetron yang Asal-asalan Saja Laku Buat Apa Susah-susah Membuat yang Bermutu, Tetapi Tidak Laku
Logika bisnisnya demikian, membuat sinetron asal jadi saja banyak ditonton, lalu buat apa cari susah menghadirkan sinetron bermutu, tetapi malah tidak dilirik penonton. Dalam urusan bisnis ini adalah kebodohan.Â
Tidak heran dari waktu ke waktu sinetron yang hadir di televisi kita tak jauh berbeda. Itu saja. Jauh dari tontonan bermutu. Bahkan dicap malah berpengaruh negatif dan  meracuni para penonton.Â
Misalnya dengan kasus terbaru dengan sinetron "Suara Hati Istri" yang dianggap mengkampanyekan poligami secara terselubung dan eksploitasi seksual anak di bawah umur. Karena salah satu  pemeran sebagai istri masih berusia 15 tahun.Â
Apakah para pembuat sinetron pernah berpikir tentang efek negatif dari sinetron yang ada?Â
Kita bisa melihat kenyataan yang ada untuk memahami jawabannya.Â
Mungkin yang lebih menjadi pertanyaan penting: Apakah sinetron ini menguntungkan atau tidak kalau dibuat?Â
Begitu juga para pelaku peran akan menerima peran apa saja asal menerima bayaran yang sesuai. Sekalian berharap banyak yang menonton dan akan terus berlanjut seri berikutnya. Tentu ini akan semakin menambah saldo rekening dan menjadi lebih terkenal. Ini yang penting.Â