Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisahku bersama Rumah Asa Anak Berkebutuhan Khusus serta Wanita Termarjinalkan

19 Mei 2021   16:47 Diperbarui: 19 Mei 2021   17:13 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak dampingan HOPE tekun belajar - dokpri Ibu Nita Kris

Sahabat pembaca, perkenankanlah saya berbagi kisah nyata sebagai pemerhati anak-anak berkebutuhan khusus dan para perempuan termarjinalkan. Saya menjadi penggawa dalam lembaga HOPE (Home Of PsychE) yang berpusat di Kota Toleransi Salatiga. 

Menyediakan layanan bagi mereka yang termarjinalkan merupakan sebuah impian saya sejak lulus dari 'sekolah kehidupan' belasan tahun lalu. Melihat mereka yang dipenuhi 'cinta' memupuk keinginan untuk memeluknya lebih erat lagi.

Sangat mudah untuk mengasihi, mencintai mereka-mereka yang sarat dengan pesona duniawi, yang secara kasat mata memiliki kepiawaian memikat 'dunia'. Mencoba menikmati keadaan, kondisi sebaliknya tentu memang tidak mudah. Apalah dan siapalah saya, hamba-Nya yang hanya remah-remah tak berguna ini.

Menyaksikan dan mengalami kasih Tuhan yang luar biasa dalam hidup, menyadarkan betapa penting memberi diri saya bagi mereka, seperti yang Tuhan ajarkan. 

Mengasihi tanpa syarat. Mencintai tanpa melihat perbedaan antarinsan. 

Hope merupakan impian sejak saya menerima tempaan-tempaan hidup setelah lulus dari sekolah formal, Ilmu Jiwa di Kota Lumpia. Saat itu Tuhan memberikan izin untuk mengalami didikan-didikan berat bagi saya guna melayani anak-anak berkebutuhan khusus.

Tempaan fisik yang jika diingat sekarang hanya mampu menertawai kejadian itu. Impian lulus dari Fakultas Psikologi bekerja pada perusahaan dengan bendera besar tidak saya alami. Pengalaman dididik dalam rumah terapi anak-anak berkebutuhan khusus menjadi sebuah awal memasuki jalan kasih-Nya.

Pengalaman digigit bagian depan dan belakang tubuh, dihujani (maaf) muntahan ikan salmon, ditampar, dipukul, dicubit, dan hal-hal lain saya terima dengan ucapan syukur saat ini. Namun  saat itu yang ada hanya menangis, menahan 'luka mulia'. 

Anak-anak itu jelas tidak paham bahwa hal itu menyakiti guru mereka, tetapi mereka sendiri pun sedang berjuang melawan dirinya sendiri, yang tentu banyak orang belum tentu paham. Di usia 20-an tahun, saya dipaksa mengerti, dan hal itu membuahkan cinta besar kepada anak-anak hebat ini hingga masa sekarang.

Didikan dan tempaan-tempaan itu saya dapat untuk memberi sebuah kedalaman makna cinta. Air mata yang mengalir di wajah-wajah orang tua yang membutuhkan harapan sering saya lihat. Itu membuat jeritan batin untuk membantu mereka lebih kuat lagi.

HOPE secara formal pernah saya usahakan berdiri secara resmi kala saya bekerjasama dengan rekan-rekan dokter dan psikiater di RS Pertamina Klayan Cirebon. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun