Ketika rintik  hujan itu ada setiap waktu, ada rasa terganggu. Namun saat rintik hujan menjauh, walau hanya setitik pun rindu.
Beginilah umumnya manusia ketika sesuatu itu ada lupa menikmati dan bersyukur. Namun ketika sudah tiada malah merindukan dan sangat berharap kehadirannya.
Sederhana sekali kebenaran ini menandakan bahwa kita memang belum benar-benar menerima kondisi apa pun hidup kita dengan hati yang bersyukur. Karena hati yang mengeluh masih jadi teman setia.
Itulah saya.
Saya ini termasuk yang gampang berkeringat. Baru bergerak sedikit saja keringat sudah mengucur. Tidak heran belum setengah hari air minum ukuran botol 1,5 liter sudah ludes.
Kadang bahkan di ruang berpendingin pun saya masih bisa berkeringat. Beraktivitas  sedikit sudah berkeringat. Untuk itu sehari paling tidak harus berganti baju bisa dua atau tiga kali.
Orang-orang justru mengatakan bagus. Artinya sehat. Sebaliknya saya kadang merasa tidak nyaman. Baru habis mandi saat mau pergi baju sudah basah duluan. Wangi parfum sudah hampir berganti bau keringat. Tentu  tidak nyaman, bukan?
Diam-diam ada rasa mengeluh. Bagaimana kalau tidak berkeringat seperti ini? Pasti enak. Adem. Â Tidak merepotkan. Dll.
Mau bagaimana.lagi masalahnya memang sejak kecil sudah gampang berkeringat seperti ini karena aktif berolahraga.
Ada bagusnya juga gampang berkeringat, paling tidak racun-racun yang ada di dalam tubuh ikut keluar. Namun itu, ah …
Belakangan ini saya merasakan ketaknyamanan pada tubuh. Setiap menjelang malam badan dan bagian  tangan terasa panas. Di bagian kulit terasa benar-benar tidak nyaman, tetapi menjelang tengah malam hilang.